Menjelang puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah, ada satu amalan sunnah yang kerap dilakukan umat Muslim: puasa Tarwiyah. Mungkin sebagian dari kita masih bertanya-tanya, apa sebenarnya puasa Tarwiyah itu? Mengapa ibadah ini begitu dianjurkan? Mari kita kupas tuntas makna, niat, dan keutamaannya.
Puasa Tarwiyah: Bukan Sekadar Puasa Sunnah Biasa
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah. Ibadah ini bukan sekadar puasa sunnah biasa, melainkan bagian dari persiapan spiritual dan fisik bagi mereka yang akan menunaikan ibadah haji. Dalam rangkaian ibadah haji, puasa ini hadir sebagai momentum untuk membersihkan diri dan memperkuat koneksi dengan Allah SWT sebelum memasuki hari-hari krusial.
Mengikuti Jejak Rasulullah: Keutamaan yang Tak Terbantahkan
Keutamaan puasa Tarwiyah berakar dari sunnah Rasulullah SAW. Beliau sendiri pernah melaksanakan puasa ini dan menganjurkan para sahabatnya untuk melakukan hal serupa. Ini menegaskan bahwa puasa Tarwiyah bukan hanya sekadar tradisi, melainkan ibadah yang memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam. Dengan berpuasa Tarwiyah, kita bukan hanya mengikuti sunnah Nabi, tetapi juga berpotensi meraih pahala yang besar dan keberkahan.
Also Read
Selain mengikuti sunnah, ada keutamaan lain yang membuat puasa Tarwiyah begitu istimewa. Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa puasa satu hari di bulan Dzulhijjah dapat menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Meski hadis ini tidak secara spesifik menyebut puasa Tarwiyah, keutamaan ini memberikan motivasi tambahan bagi kita untuk bersemangat melaksanakan ibadah ini. Dengan berpuasa, kita bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Tata Cara Pelaksanaan Puasa Tarwiyah
Lantas, bagaimana tata cara pelaksanaan puasa Tarwiyah? Sejatinya, tidak ada perbedaan signifikan dengan puasa sunnah lainnya. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Niat: Niat puasa Tarwiyah dilakukan di dalam hati sebelum terbit fajar. Niatnya bisa diucapkan dengan sederhana dan tulus, seperti "Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala."
- Menjaga Diri: Selama berpuasa, kita dianjurkan untuk menjaga diri dari segala perbuatan dan perkataan yang tidak baik. Jauhi perbuatan maksiat, jaga lisan, dan senantiasa berbuat kebajikan.
- Berpuasa Sejak Fajar hingga Maghrib: Puasa Tarwiyah dimulai sejak terbit fajar pada tanggal 8 Dzulhijjah hingga terbenam matahari pada hari yang sama.
Niat Puasa Tarwiyah: Ungkapan Ketulusan Hati
Niat merupakan ruh dari setiap ibadah. Dalam puasa Tarwiyah, niat menjadi penegas bahwa ibadah ini dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Berikut adalah contoh niat yang bisa dilafalkan:
"Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala."
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
Lebih dari Sekadar Tradisi: Mempersiapkan Diri Secara Spiritual
Puasa Tarwiyah bukan hanya sekadar tradisi menjelang ibadah haji. Ibadah ini menjadi momen penting bagi umat Muslim untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik. Dengan berpuasa, kita melatih kesabaran, menahan diri dari hawa nafsu, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa Tarwiyah juga menjadi pengingat bahwa ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang membutuhkan kesiapan hati dan jiwa.
Dengan memahami makna, niat, dan keutamaan puasa Tarwiyah, semoga kita semakin termotivasi untuk melaksanakan ibadah ini dengan penuh kesungguhan. Jadikan puasa Tarwiyah sebagai momentum untuk meraih ampunan, keberkahan, dan keridhaan dari Allah SWT.