Sosok Prof. DR. Sulianti Saroso mungkin tak sepopuler pahlawan revolusi, namun jejaknya dalam dunia kesehatan Indonesia begitu mendalam. Google bahkan mengabadikannya dalam Google Doodle, sebuah penghormatan atas dedikasi dan kontribusinya yang luar biasa. Siapakah sebenarnya Sulianti Saroso dan mengapa ia begitu penting bagi bangsa ini?
Lahir di Karangasem, Bali, pada 10 Mei 1917, Sulianti kecil sudah akrab dengan dunia medis karena ayahnya seorang dokter. Namun, ia memilih jalan yang berbeda. Alih-alih menjadi dokter praktik, Sulianti lebih tertarik pada penelitian dan perancangan kebijakan kesehatan. Ia melihat bahwa masalah kesehatan masyarakat tidak hanya soal mengobati orang sakit, tetapi juga mencegah penyakit dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Perjalanan pendidikannya di Sekolah Tinggi Kedokteran Batavia membawanya bekerja di RS Cipto Mangunkusumo. Namun, panggilan jiwanya lebih besar dari sekadar bekerja di rumah sakit. Ia terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahkan ikut menggalang dukungan internasional pada Konferensi Perempuan Se-Asia tahun 1947.
Also Read
Kesempatan belajar ke berbagai negara melalui beasiswa UNICEF mengasah pengetahuannya tentang kesehatan masyarakat dan kesejahteraan ibu dan anak. Dari Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat hingga Malaysia, ia menyerap ilmu dan pengalaman yang kelak ia terapkan di tanah air.
Sulianti Saroso bukan hanya seorang peneliti yang berteori di balik meja kerja. Ia adalah seorang penggerak perubahan yang turun langsung ke lapangan. Di Kementerian Kesehatan, ia menduduki berbagai jabatan strategis, termasuk Direktur Jenderal P4M. Di bawah kepemimpinannya, program pemberantasan penyakit menular seperti cacar dan malaria menjadi fokus utama. Ia juga menaruh perhatian besar pada Klinik Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, menyadari pentingnya menjaga pintu masuk negara dari ancaman penyakit menular.
Selain itu, Sulianti juga seorang pionir dalam program Keluarga Berencana (KB). Ia melihat KB bukan hanya soal membatasi jumlah anak, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarga secara keseluruhan. Pemikirannya yang progresif dan berwawasan jauh ke depan telah memberikan dampak yang besar pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kepemimpinannya yang kuat dan visinya yang jelas membuatnya diangkat menjadi anggota badan eksekutif dan Ketua Health Assembly (Majelis Kesehatan) pada tahun 1973. Hingga akhir kariernya di Departemen Kesehatan, Sulianti terus berupaya meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan kesehatan di Indonesia.
Meski telah berpulang pada 29 April 1991, nama Sulianti Saroso tetap dikenang. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso menjadi monumen hidup dedikasinya di dunia kesehatan. Lebih dari itu, ia mewariskan semangat untuk terus berinovasi, berkontribusi, dan peduli pada kesehatan masyarakat. Google Doodle hanyalah pengingat, bahwa ada pahlawan-pahlawan yang bekerja dalam senyap dan karya mereka abadi untuk kemajuan bangsa. Sulianti Saroso adalah salah satunya, seorang pelopor kesehatan masyarakat Indonesia yang patut kita teladani.