Siapa sangka, lagu kebangsaan Malaysia yang megah, "Negaraku," ternyata menyimpan kisah unik yang melibatkan Indonesia? Lebih dari sekadar himne nasional, "Negaraku" memiliki akar sejarah yang berliku, mulai dari melodi keroncong hingga sentuhan perubahan lirik. Yuk, kita telusuri lebih dalam!
Dari ‘Terang Bulan’ ke ‘Negaraku’: Perjalanan Melodi yang Memikat
Banyak yang mungkin belum tahu, "Negaraku" lahir dari lagu populer Indonesia, "Terang Bulan." Irama syahdu keroncong ini ternyata punya riwayat yang lebih panjang lagi. Melodi "Terang Bulan" sendiri diyakini berasal dari lagu "La Rosalie" yang digubah oleh komposer Perancis, Pierre Jean de Beranger. Sebuah perjalanan musik yang lintas negara dan budaya!
Diadaptasi menjadi "Allah Lanjutkan Usia Sultan," lagu ini kemudian menjadi lagu resmi Kesultanan Perak di era pendudukan Raja Edward VII pada tahun 1901. Fakta ini menunjukkan betapa melodi tersebut begitu memikat dan diterima oleh berbagai kalangan.
Also Read
Peralihan Lirik dan Pengukuhan Sebagai Lagu Kebangsaan
Momen penting terjadi pada 5 Agustus 1957, ketika lagu tersebut dipilih menjadi lagu kebangsaan Malaysia oleh dewan peradilan yang diketuai Tunku Abdul Rahman. Lirik "Allah Lanjutkan Usia Sultan" pun diubah menjadi "Negaraku" oleh Saiful Bahri, melalui proses sayembara berhadiah. Ini adalah momen krusial yang mengukuhkan identitas lagu sebagai simbol negara Malaysia.
Namun, perjalanan "Negaraku" tidak berhenti di situ. Pada 30 Agustus 2003, lagu ini kembali mengalami sentuhan perubahan oleh Perdana Menteri Malaysia ke-4, Mahathir Mohamad. Perubahan ini bisa jadi merupakan upaya untuk menjaga relevansi dan semangat lagu dalam konteks zaman yang terus berkembang.
Lebih dari Sekadar Lagu: Simbol Persatuan dan Kemajuan
"Negaraku," dengan segala jejak sejarah dan perubahannya, bukan sekadar lagu. Ia adalah simbol persatuan dan kemajuan Malaysia. Iramanya yang akrab dan liriknya yang menggugah semangat diharapkan terus menginspirasi rakyat Malaysia untuk bersatu dan membangun negara.
Kisah di balik "Negaraku" mengajarkan kita bahwa identitas bangsa tidak selalu lahir dari kekosongan. Adaptasi, perubahan, dan sentuhan kreativitas bisa melahirkan sesuatu yang baru dan bermakna. Melodi keroncong "Terang Bulan" yang kemudian menjadi "Negaraku," adalah bukti nyata bahwa musik mampu menembus batas geografis dan menyatukan berbagai latar belakang.
Semoga wawasan ini menambah pemahaman kita semua tentang kekayaan sejarah dan budaya di kawasan Asia Tenggara. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!