Hompimpa Alaium Gambreng: Lebih dari Sekadar Hitungan, Warisan Bermakna untuk Anak

Husen Fikri

Remaja & Pendidikan

Permainan tradisional seperti congklak, bekel, atau lompat tali, kerap menjadi kenangan masa kecil yang manis. Sebelum memulai, biasanya ada ritual "hompimpa alaium gambreng" untuk menentukan urutan bermain. Kalimat yang akrab di telinga ini, ternyata menyimpan makna mendalam yang jarang diketahui banyak orang. Bukan sekadar aba-aba, "hompimpa alaium gambreng" adalah warisan budaya yang sarat nilai dan relevan untuk diajarkan pada anak-anak.

Banyak yang menganggap kalimat ini sekadar pengantar sebelum menentukan giliran bermain. Padahal, "Hompimpa Alaium Gambreng" memiliki akar bahasa Sansekerta dan makna religius, yaitu "Dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari kita bermain." Sebuah pengingat bahwa kehidupan adalah anugerah dan pada akhirnya akan kembali pada Sang Pencipta. Lebih dari itu, ia menjadi ajakan untuk menikmati permainan dengan sukacita.

Di era digital ini, di mana anak-anak lebih terpikat dengan game online, memperkenalkan permainan tradisional dan filosofi di baliknya, menjadi tantangan tersendiri. Mengapa tidak mencoba "hompimpa alaium gambreng" sebagai jembatan? Bukan hanya tentang menentukan siapa yang lebih dulu, melainkan menanamkan nilai-nilai luhur.

Saat anak-anak mengucapkannya dan menunjukkan telapak atau punggung tangan, mereka secara tidak langsung belajar menerima hasil dengan lapang dada, baik menang maupun kalah. Sebuah pelajaran penting yang sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Hompimpa juga secara tak langsung mengajarkan musyawarah dan kerja sama. Meskipun terlihat sederhana, proses pemilihan menggunakan hompimpa seringkali menjadi ajang perdebatan kecil yang melatih anak untuk bernegosiasi dan menghargai perbedaan pendapat.

Selain itu, permainan tradisional dengan hompimpa dapat menjadi alternatif yang lebih sehat dan interaktif dibandingkan dengan gadget. Dengan memainkan permainan tradisional, anak tidak hanya bergerak aktif, tetapi juga belajar bersosialisasi dengan teman-temannya secara langsung. Orang tua bisa menggunakan momentum ini untuk mengajarkan anak-anak tentang budaya, sejarah, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap permainan.

Meskipun era digital terus berkembang, warisan budaya seperti "hompimpa alaium gambreng" tidak boleh dilupakan. Mengajarkan anak-anak tentang makna dan nilai di balik kalimat ini adalah investasi berharga untuk membentuk karakter dan pandangan hidup mereka. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya menjadi generasi yang melek teknologi, tetapi juga generasi yang berakar pada budaya dan nilai-nilai luhur bangsanya. Mari kita lestarikan dan wariskan keindahan dan kearifan dari setiap kalimat yang kita ucapkan, bahkan dari yang seringkali kita anggap biasa saja.

Baca Juga

Potret Terbaru Biby Alraen Istri Rifky Balweel Usai Lepas Hijab, Sebut Ini Jadi Proses Hidup

Dea Lathifa

Istri aktor Rifky Balweel, Biby Alraen baru-baru ini menarik perhatian publik. Bukan karena paras cantiknya, namun karena penampilan barunya. Biasa tampil dengan hijab, Biby ...

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

10 Pilihan Minuman Diet di Indomaret: Rendah Gula, Rendah Kalori, Harga Terjangkau!

Annisa Ramadhani

Bagi Mama dan Papa yang sedang berjuang mencapai berat badan ideal, memilih minuman yang tepat adalah kunci sukses diet. Jangan ...

Taeyong NCT Botak Wamil, Ini Jadwal Pulang dan Alasan Wajib Militer di Korea Selatan

Sarah Oktaviani

Kabar Taeyong NCT mencukur habis rambutnya sebelum berangkat wajib militer (wamil) memang sempat bikin heboh jagat maya. Isu bahwa Jungwoo ...

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Tinggalkan komentar