Kejadian seorang anak tiba-tiba menahan napas hingga pucat atau membiru, bahkan sampai pingsan, tentu menjadi pemandangan yang menakutkan bagi orang tua. Kondisi yang kerap disebut "kejang napas" atau breath holding spells (BHS) ini, meski umumnya tidak berbahaya, tetap membutuhkan pemahaman yang tepat agar orang tua tidak panik dan bisa mengambil tindakan yang benar.
BHS bukanlah sekadar drama emosi anak yang sedang tantrum. Lebih dari itu, BHS adalah respons fisiologis terhadap emosi kuat yang memicu perubahan sementara pada sistem pernapasan dan sirkulasi darah anak. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai BHS, jenis-jenisnya, penyebab, gejala, serta langkah pertolongan pertama yang perlu diketahui.
Mengurai Dua Wajah Breath Holding Spells
BHS terbagi menjadi dua jenis utama, masing-masing dengan karakteristiknya sendiri:
Also Read
-
Cyanotic Spells (BHS Biru): Jenis ini biasanya dipicu oleh emosi negatif yang kuat, seperti marah, frustrasi, atau kekecewaan. Anak akan menangis dengan keras, namun tidak mengambil napas setelahnya. Akibatnya, kadar oksigen dalam darah menurun drastis, menyebabkan kulit menjadi kebiruan (sianosis). Kondisi ini seringkali berujung pada hilangnya kesadaran.
-
Pallid Spells (BHS Pucat): Berbeda dengan cyanotic spells, pallid spells dipicu oleh rasa takut, kaget, atau nyeri mendadak. Anak akan berhenti bernapas secara tiba-tiba, menyebabkan wajahnya memucat dan berkeringat dingin. Hal ini terjadi karena detak jantung anak melambat secara drastis sebagai respons terhadap stimulus yang mengejutkan.
Meskipun manifestasinya berbeda, keduanya sama-sama merupakan respons yang tidak disengaja, bukan manipulasi anak untuk mencari perhatian.
Penyebab di Balik Kejadian Breath Holding Spells
Hingga saat ini, penyebab pasti BHS belum sepenuhnya dipahami. Namun, para ahli meyakini bahwa kondisi ini dipicu oleh kombinasi antara faktor emosional dan fisiologis. Emosi yang kuat memicu perubahan pada sistem saraf otonom, yang pada gilirannya memengaruhi detak jantung, pola pernapasan, dan aliran darah.
Selain itu, faktor genetik juga diduga memainkan peran. Anak-anak dengan riwayat keluarga yang mengalami BHS lebih berisiko mengalaminya. Beberapa kondisi genetik seperti sindrom Riley-Day dan sindrom Rett juga meningkatkan risiko BHS.
Mengenali Gejala dan Langkah Pertolongan Pertama
Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya menyertai BHS:
- Menangis tanpa suara atau menahan napas setelah menangis keras
- Perubahan warna kulit menjadi biru atau pucat
- Pingsan atau hilangnya kesadaran sementara (kurang dari 2 menit)
- Pernapasan kembali normal dalam waktu singkat (kurang dari 1 menit)
Meskipun menakutkan, penting untuk diingat bahwa BHS umumnya tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, orang tua tetap perlu mengetahui langkah pertolongan pertama yang tepat:
- Tetap Tenang: Kepanikan hanya akan memperburuk situasi. Tarik napas dalam dan cobalah untuk tetap tenang.
- Amankan Anak: Pindahkan anak ke tempat yang aman dan jauh dari benda-benda berbahaya.
- Jangan Mengangkat Terlalu Tinggi: Hindari mengangkat anak terlalu tinggi untuk mencegah risiko cedera jika anak jatuh.
- Jangan Beri Napas Buatan: BHS tidak memerlukan napas buatan. Pernapasan anak akan kembali normal dengan sendirinya.
- Jangan Memasukkan Benda ke Mulut: Jangan mencoba memasukkan apa pun ke dalam mulut anak.
- Kompres Dingin: Jika memungkinkan, gunakan kain dingin untuk mengompres wajah anak untuk meredakan ketidaknyamanan.
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
Meskipun BHS umumnya tidak berbahaya, ada beberapa situasi yang mengharuskan orang tua segera berkonsultasi dengan dokter:
- Jika anak mengalami BHS untuk pertama kalinya
- Jika BHS terjadi pada bayi di bawah 6 bulan
- Jika pernapasan anak terhenti lebih dari 1 menit
- Jika anak kehilangan kesadaran lebih dari 2 menit
- Jika ada gejala lain yang mengkhawatirkan
BHS: Fase Perkembangan yang Perlu Dipahami
BHS biasanya terjadi pada anak-anak usia 6 bulan hingga 6 tahun, dan umumnya akan mereda seiring bertambahnya usia. Dengan pemahaman yang tepat mengenai BHS, orang tua dapat menghadapi situasi ini dengan lebih tenang dan memberikan pertolongan yang benar pada anak. Ingatlah bahwa BHS bukan kesalahan orang tua atau manipulasi anak, melainkan respons fisiologis terhadap emosi kuat yang perlu dipahami dan ditangani dengan tepat.