Perubahan hormon selama kehamilan memang seringkali membawa serta drama emosional. Salah satu keluhan yang kerap muncul adalah perasaan diabaikan atau kurang diperhatikan oleh pasangan. Padahal, suami merasa sudah memberikan perhatian yang cukup. Di sinilah letak permasalahannya: perbedaan persepsi tentang arti sebuah perhatian.
Bagi sebagian besar perempuan hamil, perhatian tidak hanya sekadar tindakan nyata seperti memijat kaki atau membantu pekerjaan rumah. Perhatian juga bisa terwujud dalam bentuk empati, kelembutan kata-kata, atau sekadar mendengarkan keluh kesah. Perubahan suasana hati dan sensitivitas yang meningkat selama kehamilan membuat perempuan lebih membutuhkan validasi emosional.
Lalu, mengapa suami seringkali gagal memahami kebutuhan ini? Bisa jadi, pria secara umum kurang ekspresif dalam menyampaikan kasih sayang. Mereka cenderung menunjukkan perhatian melalui tindakan konkret, sementara perempuan lebih menghargai sentuhan emosional. Selain itu, kesibukan pekerjaan dan perubahan rutinitas juga bisa menjadi faktor yang membuat suami kurang peka.
Also Read
Perasaan "baperan" saat hamil juga bukan tanpa alasan. Lonjakan hormon estrogen dan progesteron tak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga psikis ibu hamil. Perubahan ini membuat perempuan lebih mudah merasa sensitif, cemas, dan terkadang merasa tidak aman. Ketidakstabilan emosi ini seringkali membuat ibu hamil menjadi lebih reaktif terhadap tindakan pasangan yang dianggap kurang perhatian.
Lantas, bagaimana cara mengatasi perbedaan persepsi ini? Komunikasi adalah kunci utama. Ibu hamil perlu mengungkapkan perasaannya dengan jujur, tanpa menyalahkan atau menuntut. Sampaikan secara spesifik bentuk perhatian yang diharapkan, misalnya dengan meminta suami lebih sering bertanya kabar atau menawarkan bantuan. Sementara itu, suami juga perlu berusaha memahami perubahan emosi istri dan belajar memberikan perhatian dengan cara yang lebih bermakna.
Selain itu, penting bagi pasangan untuk menghindari saling menyalahkan. Alih-alih menyalahkan ketidakpekaan suami, cobalah untuk berempati dengan kesulitannya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan selama kehamilan. Begitu pula sebaliknya, suami perlu memahami bahwa perubahan suasana hati istri adalah hal yang wajar dan tidak bisa dikontrol sepenuhnya.
Ingatlah, kehamilan adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Perbedaan persepsi tentang perhatian adalah hal yang wajar, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan saling memahami, berkomunikasi terbuka, dan mengedepankan empati, pasangan dapat melewati masa-masa sulit ini dan memperkuat hubungan mereka. Jangan biarkan perasaan "baperan" saat hamil menjadi penghalang kebahagiaan. Carilah solusi bersama, dan jadikan masa kehamilan sebagai momen yang indah untuk saling mencintai dan menguatkan.