Lagu "Chanel" dari Frank Ocean bukan sekadar lantunan melodi. Dirilis pada 2017 dalam album Blonde, lagu ini menjelma menjadi pernyataan seni yang berani, menggali kedalaman identitas dan kompleksitas manusia dengan sentuhan metafora yang khas. Kritikus musik pun tak ragu memberikan pujian, menyoroti kepiawaian Ocean dalam merangkai lirik yang ambigu namun sarat makna. Bahkan, Austin Williams dari Andscape menyebut lagu ini sebagai "lagu paling dingin, paling gay, dan paling maskulin dalam sejarah rap," sebuah pernyataan yang menunjukkan betapa kuatnya dampak "Chanel."
Lebih dari sekadar lagu, "Chanel" adalah eksplorasi diri. Ocean membawa pendengar menelusuri labirin perasaan ganda, bagaimana seseorang bisa berada di antara berbagai kontradiksi kehidupan. Lirik-liriknya, meski tampak samar, sebenarnya merangkai narasi tentang identitas, seksualitas, dan dinamika sosial yang relevan dengan kehidupan modern. Ia merenungkan bagaimana seseorang bisa dihargai dan direndahkan sekaligus, sebuah ironi yang seringkali kita temui dalam interaksi sosial.
Penggunaan merek Chanel dalam lirik bukanlah kebetulan. Merek fesyen mewah ini diselipkan sebagai simbol status sosial dan kemewahan, sebuah kontras yang menarik dengan tema-tema yang lebih dalam yang diangkat dalam lagu. Ocean dengan cerdas memanfaatkan logo Chanel, yang seringkali digambarkan dengan dua sisi yang saling berhadapan, untuk merepresentasikan dualitas yang ingin ia sampaikan. Kalimat "I see both sides like Chanel," menjadi inti dari pesan lagu ini, seolah mengajak kita untuk menerima bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, mampu memiliki berbagai sisi yang saling bertolak belakang.
Also Read
Menariknya, pengaruh lagu ini tidak hanya berhenti pada dunia musik. Merek Chanel sendiri merespons popularitas lagu ini dengan merilis iklan yang mengadaptasi lirik Ocean, “We see both sides like Frank Ocean.” Hal ini menunjukkan bagaimana karya seni bisa menembus batasan-batasan genre dan memicu dialog yang lebih luas. Langkah ini juga menggarisbawahi kekuatan interpretasi dalam seni, di mana lirik lagu yang awalnya terinspirasi dari Chanel, balik menginspirasi merek itu sendiri.
"Chanel" bukan sekadar lagu untuk didengarkan, tetapi juga untuk direnungkan. Ia mengajak kita untuk mempertanyakan definisi identitas, untuk menerima kompleksitas yang ada dalam diri kita sendiri dan orang lain. Lagu ini menjadi pengingat bahwa kehidupan tidak selalu hitam dan putih, dan bahwa menerima dualitas adalah bagian penting dari perjalanan manusia. Dengan lirik yang puitis dan melodi yang memikat, Frank Ocean telah menciptakan sebuah karya yang tak lekang oleh waktu, sebuah refleksi yang akan terus relevan di tengah perubahan zaman. "Chanel" adalah sebuah lagu yang wajib masuk daftar putar, tidak hanya karena melodi dan liriknya, tetapi karena pesan yang dibawanya.