Batas Nifas Fleksibel Bukan Angka Mati

Annisa Ramadhani

Hubungan

Tradisi 40 hari pasca melahirkan, terutama yang berkaitan dengan pemulihan dan pantangan berhubungan suami istri, telah lama mengakar dalam berbagai budaya. Namun, penting untuk memahami bahwa tradisi ini tidak memiliki landasan agama yang kaku, terutama dalam konteks batasan nifas. Praktik yang ada pada masa Nabi, yang kerap dijadikan rujukan, lebih merupakan kebiasaan umum daripada ketentuan yang mengikat.

Perlu digarisbawahi bahwa nifas, atau periode keluarnya darah setelah melahirkan, tidak selalu berlangsung selama 40 hari. Jangka waktu nifas sangat bervariasi antar individu. Ada perempuan yang mengalami pendarahan lebih singkat, bahkan ada yang lebih lama dari 40 hari. Inilah mengapa para ulama kemudian menetapkan batas maksimal nifas hingga 60 hari, sebuah interpretasi yang lebih fleksibel dan mengakomodasi keragaman kondisi biologis perempuan.

Lantas, bagaimana dengan aktivitas seksual pasca melahirkan? Memang, dalam beberapa pandangan, berhubungan intim diperbolehkan setelah darah nifas berhenti, meskipun belum mencapai 40 hari. Dengan catatan, perempuan tersebut telah melakukan mandi wajib untuk mensucikan diri. Namun, kehati-hatian sangat disarankan.

Berhubungan seksual terlalu dini, terutama sebelum 40 hari, dapat membawa risiko. Kondisi tubuh perempuan pasca melahirkan masih dalam proses pemulihan. Organ reproduksi membutuhkan waktu untuk kembali ke kondisi normal. Memaksakan aktivitas seksual dalam kondisi ini dapat memicu pendarahan berulang atau bahkan memperlambat proses penyembuhan.

Lebih dari sekadar hukum agama, periode pasca melahirkan adalah waktu yang krusial bagi perempuan untuk beristirahat dan memulihkan diri. Pemahaman ini penting untuk membangun komunikasi yang sehat antara suami dan istri. Sang suami perlu memahami bahwa kebutuhan pemulihan istri pasca melahirkan adalah prioritas, dan aktivitas seksual dapat dilakukan setelah kondisi istri benar-benar siap secara fisik dan mental.

Oleh karena itu, batasan 40 hari tidak boleh dipandang sebagai angka mati. Yang terpenting adalah kesiapan fisik dan mental perempuan, serta menghormati proses pemulihan pasca melahirkan. Tradisi 40 hari lebih tepat dimaknai sebagai waktu pemulihan awal, bukan sebagai batasan absolut. Komunikasi yang terbuka dan saling pengertian adalah kunci untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, terutama di masa-masa transisi pasca melahirkan.

Baca Juga

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Arya Mohan: Dari Anak Sekolah Gemas Hingga Bodyguard Jahil di Private Bodyguard

Sarah Oktaviani

Aktor muda Arya Mohan kini tengah mencuri perhatian publik lewat perannya sebagai Helga dalam serial "Private Bodyguard". Kemunculannya menambah daftar ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

Musik DJ Paling Enak Didengar: Sensasi 2024 dengan Sentuhan Remix Lokal

Maulana Yusuf

Musik DJ terus berevolusi, dan di tahun 2024 ini, trennya semakin menarik untuk diikuti. Jika di tahun-tahun sebelumnya kita disuguhi ...

Tinggalkan komentar