Lagu sholawat "Ya Thoybah" mungkin tak asing lagi di telinga kita, terutama bagi generasi yang tumbuh besar dengan lantunan merdu Sulis. Namun, di balik irama yang menenangkan dan lirik yang indah, tersimpan makna yang lebih dalam tentang cinta dan kerinduan. Bukan sekadar lagu religi, "Ya Thoybah" adalah ekspresi hati yang universal.
Liriknya, yang diterjemahkan menjadi "Wahai sang penawar, wahai penyejuk mata kami, kami merindukanmu," membuka ruang refleksi tentang siapa "penawar" yang dimaksud. Bagi umat Muslim, tentu saja, figur yang dirindukan adalah Nabi Muhammad SAW. Namun, rasa rindu ini bisa dimaknai lebih luas. Ia adalah rindu pada sosok yang memberi inspirasi, teladan, dan kedamaian dalam hidup.
Bait selanjutnya, "Hawa (kecintaanku) telah membawaku (kepadamu)," mengisyaratkan bahwa cinta memiliki daya gerak yang kuat. Kecintaan pada sesuatu atau seseorang dapat mendorong kita untuk mendekat, belajar, dan berbakti. Dalam konteks religius, kecintaan pada Nabi Muhammad SAW adalah pendorong untuk meneladani ajarannya. Namun, di luar itu, kecintaan juga bisa menjadi motivasi untuk melakukan kebaikan, berkarya, dan menggapai cita-cita.
Also Read
Penyebutan "Waha ali, wahai putra abu thalib" memberikan dimensi sejarah pada lagu ini. Ali bin Abi Thalib adalah figur penting dalam sejarah Islam, dikenal sebagai sosok yang cerdas, berani, dan setia. Menyebut namanya dalam sholawat mengingatkan kita pada nilai-nilai luhur yang diperjuangkannya.
Lalu, mengapa lagu ini begitu menyentuh hati? Bukan hanya karena melodi yang menenangkan, tetapi juga karena pesan kerinduan yang disampaikan. Kerinduan adalah perasaan universal yang dirasakan oleh setiap manusia. Kita merindukan orang-orang tersayang, kampung halaman, masa lalu, atau bahkan sesuatu yang belum kita temui. "Ya Thoybah" memberikan wadah bagi kita untuk mengekspresikan kerinduan itu, sekaligus mengingatkan kita pada nilai-nilai kebaikan dan cinta.
Lebih dari sekadar lagu religi, "Ya Thoybah" adalah pengingat tentang kekuatan cinta dan kerinduan. Ia mengajak kita untuk merenungkan makna hidup, nilai-nilai luhur, serta sosok-sosok yang memberi inspirasi dan kedamaian. Ia adalah pengantar menuju hati yang lebih tenang, serta pengingat bahwa dalam setiap hati ada rasa rindu yang menunggu untuk diungkapkan.