Tradisi ziarah kubur, atau mengunjungi makam orang-orang terkasih, adalah praktik yang umum dilakukan oleh banyak masyarakat. Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai status wanita yang sedang haid, apakah mereka diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan ini? Sebuah pertanyaan yang kerap menjadi perdebatan dan menimbulkan keraguan.
Merujuk pada pandangan Buya Hamka yang disampaikan melalui kanal Youtube Al-Bahjah TV, wanita haid diperbolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Tidak ada larangan khusus dalam agama yang melarang wanita haid untuk menyolati jenazah, mengiringi jenazah, maupun berziarah kubur. Pernyataan ini sejalan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, yang berbunyi, “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang lakukanlah ziarah kubur.” Hadis ini secara umum menganjurkan ziarah kubur tanpa membedakan kondisi tertentu, termasuk kondisi haid pada wanita.
Memahami Makna Ziarah Kubur
Lebih dari sekadar mengunjungi tempat peristirahatan terakhir, ziarah kubur memiliki makna spiritual yang dalam. Ini adalah momen untuk mengingat kematian, mendoakan almarhum, dan merenungkan kehidupan. Bagi seorang wanita yang sedang haid, kehadirannya di makam tidak serta merta mengurangi nilai-nilai luhur dari ziarah tersebut. Justru, kehadirannya dapat menjadi pengingat akan kefanaan dunia dan meningkatkan rasa syukur atas kehidupan.
Also Read
Menjaga Adab dan Kesopanan
Meskipun diperbolehkan, wanita yang sedang haid tetap perlu menjaga adab dan kesopanan selama berziarah kubur. Hal ini termasuk menjaga perilaku, berpakaian sopan, dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu kekhusyukan ziarah. Fokus utama adalah pada doa dan penghormatan kepada almarhum, bukan pada status fisik.
Lebih dari Sekadar Hukum Fiqih
Diskursus mengenai boleh atau tidaknya wanita haid berziarah kubur seharusnya tidak hanya berhenti pada hukum fiqih. Lebih dari itu, ini adalah tentang bagaimana kita memaknai tradisi ziarah kubur itu sendiri. Ziarah kubur adalah tentang refleksi diri, pengingat kematian, dan doa. Baik wanita haid maupun tidak, semuanya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan merenungkan makna kehidupan dan mendoakan mereka yang telah berpulang.
Dengan pemahaman yang jernih dan penghormatan yang tulus, ziarah kubur dapat menjadi momen yang bermakna bagi siapa saja, tanpa terkecuali. Yang terpenting adalah niat yang ikhlas, hati yang bersih, dan menjaga adab selama menjalankan tradisi yang sarat makna ini. Jadi, tak ada lagi alasan untuk ragu, wanita haid pun memiliki hak yang sama untuk berziarah kubur dan mendapatkan keberkahannya.
