Debat perdana calon presiden (capres) yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 12 Desember 2023 lalu, bukan hanya soal adu gagasan. Ada satu pernyataan yang cukup mencuri perhatian publik, yakni "Wakanda no more, Indonesia forever" yang dilontarkan oleh capres nomor urut 1, Anies Baswedan. Sontak, pernyataan ini memicu rasa ingin tahu, terutama di kalangan generasi muda. Apa sebenarnya makna di balik slogan ini?
Wakanda: Representasi Negara yang Tidak Ideal
Istilah "Wakanda" sendiri berasal dari dunia fiksi Marvel Universe. Digambarkan sebagai negara yang sangat maju secara teknologi namun tersembunyi dari dunia luar. Wakanda juga dikenal karena kekayaan budayanya yang terjaga. Dalam konteks yang lebih luas, istilah ini sering digunakan sebagai sindiran atau metafora untuk menggambarkan kondisi sebuah negara yang penuh keanehan, ketidakberesan, atau ketidakidealan. Penggunaan "Wakanda" kerap kali menjadi cara untuk mengkritik tanpa terkesan menyalahkan langsung negara sendiri. Misalnya, "Di Wakanda, data Covid-19-nya nggak jelas," yang secara implisit mengkritik ketidakakuratan data di Indonesia.
"Wakanda No More": Sebuah Tekad Perubahan
Anies Baswedan, melalui slogan "Wakanda no more, Indonesia forever," secara tegas ingin mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berhenti menggunakan istilah "Wakanda" sebagai sindiran. Ia menyiratkan bahwa Indonesia tidak boleh terus menerus berada dalam kondisi yang dianggap tidak ideal. Ungkapan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah tekad untuk memperbaiki sistem dan kondisi negara, agar julukan "Wakanda" tidak lagi relevan. Anies ingin membangun Indonesia yang lebih baik, tempat di mana kebebasan berpendapat dijamin, dan masyarakat tidak hidup dalam ketakutan.
Also Read
Lebih dari Sekadar Slogan: Sebuah Panggilan untuk Generasi Muda
Pernyataan "Wakanda no more, Indonesia forever" bukan hanya sekadar slogan kampanye. Ini adalah sebuah panggilan kepada generasi muda, yang dianggap sebagai pemilik masa depan bangsa. Anies berupaya menyentuh kesadaran generasi muda agar terlibat aktif dalam proses perubahan. Ia ingin mereka memilih pemimpin yang serius dan berkomitmen untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Pemimpin yang tidak main-main, yang mampu membawa Indonesia keluar dari stigma "Wakanda" dan melangkah maju sebagai negara yang berdaulat dan disegani.
Menyikapi "Wakanda" dengan Kritis
Meskipun penggunaan istilah "Wakanda" terkadang terasa menggelitik, penting untuk menyikapinya secara kritis. Istilah ini bisa menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan sebagai sebuah bangsa. Namun, kita juga tidak boleh terjebak dalam pola pikir yang hanya fokus pada kekurangan. Kita harus mampu melihat potensi dan kekuatan yang kita miliki untuk kemudian mewujudkannya.
Dengan memahami makna di balik "Wakanda no more," kita diharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi isu-isu kebangsaan. Slogan ini bukan hanya tentang menolak julukan, tetapi juga tentang membangun Indonesia yang lebih baik, tempat di mana kita semua bangga menjadi bagian di dalamnya. Indonesia yang selamanya, bukan lagi "Wakanda".