Di tengah gemuruh modernitas, sebuah sistem irigasi tradisional di Bali tetap bertahan, bahkan menjadi denyut nadi kehidupan agraris masyarakatnya: Subak. Lebih dari sekadar pengaturan air, Subak adalah manifestasi kearifan lokal yang berakar kuat pada nilai-nilai agama dan kebersamaan. Ia adalah bukti bahwa harmoni antara manusia dan alam dapat diwujudkan melalui sistem yang terorganisir dan berlandaskan pada gotong-royong.
Subak bukan sekadar perkumpulan petani. Ia adalah organisasi kemasyarakatan yang secara khusus menata irigasi persawahan di Bali. Di jantung setiap Subak, berdiri Pura Uluncarik atau Pura Bedugul, tempat suci yang didedikasikan untuk Dewi Sri, sang dewi kesuburan. Keberadaan pura ini mengisyaratkan bahwa Subak bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam.
Dipimpin oleh seorang Pekaseh, tokoh adat yang juga seorang petani, Subak menjalankan sistem irigasi yang unik. Pengaturan air tidak didasarkan pada perhitungan matematis semata, tetapi juga pada kesepakatan bersama, rasa keadilan, dan gotong-royong. Anggota Subak bekerja sama memastikan setiap petak sawah mendapatkan air yang cukup. Jika ada masalah, seperti kekurangan air, mereka akan bahu-membahu mencari solusi.
Also Read
Sistem Subak melampaui fungsi irigasi. Ia juga menjadi wahana untuk memelihara kearifan lokal, mempererat tali persaudaraan antar petani, dan mensejahterakan masyarakat melalui Koperasi Unit Desa. Kegiatan keagamaan yang rutin diselenggarakan juga memperkuat ikatan spiritual anggota, menciptakan landasan moral yang kuat bagi praktik irigasi yang berkelanjutan.
Menariknya, Subak juga memiliki mekanisme penyelesaian konflik. Jika perselisihan terkait air tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan, maka akan dibawa dalam rapat Subak untuk diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Hal ini menunjukkan bahwa Subak bukan hanya sistem irigasi, tetapi juga sebuah sistem sosial yang mampu mengatasi masalah dengan cara yang adil dan bijaksana.
Subak adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Ia adalah cerminan dari kearifan leluhur yang berhasil mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Di tengah tantangan perubahan iklim dan modernisasi, Subak tetap menjadi pilar penting bagi ketahanan pangan dan sosial masyarakat Bali. Ia mengajarkan kita bahwa harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas adalah kunci untuk mencapai keberlanjutan. Subak bukan sekadar sistem irigasi, tetapi sebuah model kehidupan yang patut kita pelajari dan lestarikan.