Lagu "Prom Queen" dari Beach Bunny, yang sempat viral di TikTok, bukan sekadar melodi catchy. Di balik musik indie-pop yang ceria, tersembunyi lirik yang jujur dan pedih tentang pergulatan batin menghadapi standar kecantikan yang begitu mengakar di masyarakat. Lagu ini menjadi potret keresahan banyak orang, terutama generasi muda, dalam mencari jati diri di tengah tekanan untuk tampil "sempurna."
Lirik lagu ini membuka dengan pengakuan sang penyanyi tentang ketidakmampuannya untuk memenuhi standar kecantikan yang ada: "Aku tidak pernah terlihat bagus dengan jeans ibu," adalah kalimat pembuka yang langsung menusuk ke dalam. Kalimat ini sederhana, tapi merepresentasikan perasaan banyak orang yang merasa tidak cukup baik, tidak cukup cantik, tidak cukup ‘sesuai’. Lirik tersebut menggambarkan kerinduan untuk menjadi "si pirang bermata biru, tubuh sempurna," sebuah representasi standar kecantikan ideal yang seringkali tidak realistis dan bahkan berbahaya.
Namun, di balik keinginan itu, ada pemberontakan halus. Pengakuan "Aku bukan barbie yang cepat keriting," adalah penolakan terhadap citra ideal yang dipaksakan. Ia tidak ingin menjadi sekadar boneka yang bisa dibentuk sesuai keinginan orang lain. Ia adalah individu dengan segala kekurangan dan keunikannya. Bagian ini menjadi pesan penting bagi pendengar, bahwa menjadi diri sendiri jauh lebih berharga daripada berusaha menjadi orang lain.
Also Read
Lagu ini juga menyoroti betapa kuatnya pengaruh media dan ekspektasi sosial dalam membentuk pandangan kita tentang kecantikan. Kalimat "Mereka bilang, ‘Kecantikan membuat laki-laki bahagia’" adalah representasi dari pandangan yang sangat dangkal dan berbahaya. Ini menunjukkan bagaimana standar kecantikan seringkali dibentuk untuk menyenangkan orang lain, bukan untuk kebahagiaan diri sendiri.
"Prom Queen" juga menyentuh isu body image dan gangguan makan, terutama lewat lirik “Aku sendiri sudah kelaparan / Mengukir kulit sampai tulangku terlihat.” Frasa ini menggambarkan perjuangan berat seorang individu yang merasa tidak berharga dan berusaha mati-matian untuk mencapai standar kecantikan yang tidak sehat. Lirik ini menjadi pengingat bahwa obsesi terhadap penampilan bisa membawa dampak negatif yang serius pada kesehatan mental dan fisik.
Yang menarik, lagu ini tidak hanya berhenti pada keluhan dan rasa tidak aman. Ada pula harapan dan keinginan untuk keluar dari jeratan standar kecantikan yang membelenggu. Pertanyaan "Jika aku cantik, apakah kamu akan menyukaiku?" bukan sekadar permintaan validasi. Ini juga refleksi bahwa cinta dan penerimaan sejati tidak bisa didapatkan hanya lewat penampilan fisik.
"Prom Queen" adalah lagu yang jujur dan relatable. Ia berhasil menyuarakan keresahan yang dialami banyak orang, terutama generasi muda yang tumbuh di era media sosial. Lagu ini menjadi pengingat bahwa kecantikan yang sesungguhnya bukan terletak pada penampilan fisik, melainkan pada penerimaan diri, rasa percaya diri, dan keunikan yang kita miliki masing-masing. Lagu ini mengajarkan kita untuk menolak standar kecantikan yang tidak realistis dan merayakan keindahan dalam segala bentuk dan ukuran. Pesan inilah yang mungkin membuat "Prom Queen" terus bergema di telinga dan hati banyak orang. Bukan sekadar lagu viral, tapi juga seruan untuk mencintai diri sendiri apa adanya.