Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), nama yang belakangan ini kembali menjadi perbincangan hangat. Kegagalannya menjadi calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024 menjadi sorotan publik. Namun, di balik peristiwa politik tersebut, terdapat rekam jejak panjang seorang AHY, mulai dari karir militer yang gemilang hingga terjun ke dunia politik.
Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memang memiliki latar belakang yang menarik. Lahir di Bandung, Jawa Barat, AHY besar dalam lingkungan keluarga militer. Pendidikan dasarnya dimulai di SD Kuntum Wijaya Kusuma, Jakarta, kemudian melanjutkan ke David J. Brewer School di Amerika Serikat, SMPN 5 Bandung, hingga akhirnya menamatkan SMA di Taruna Nusantara, Magelang.
Perjalanan akademiknya pun tak kalah mengesankan. Lulus dari Akademi Militer (AKMIL) pada tahun 2000 dengan predikat Tri Sakti Wiratama, AHY terus mengembangkan diri dengan meraih tiga gelar master. Gelar Master of Science in Strategic Studies diraihnya dari Nanyang Technological University, Singapura, diikuti Master in Public Administration dari Harvard University, Amerika Serikat, dan ditutup dengan Master of Arts in Leadership and Management dari Webster University, Amerika Serikat, dengan IPK sempurna 4.0.
Also Read
Di kancah militer, AHY menorehkan berbagai prestasi. Beberapa penghargaan yang pernah diraihnya antara lain Satya Lencana Wira Karya (2014), Honorary member of the 707th Special Mission Battalion, Republic of Korea Army Special Warfare Command (2013), The Order of Saint Maurice (2011), Medali Kepeloporan Republik Indonesia (2011), dan Bintang Adi Makayasa (2000).
Namun, jalan hidup AHY berubah arah ketika ia memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Langkah pertamanya adalah dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017. Meski belum berhasil, momentum ini menandai babak baru dalam karirnya. SBY kemudian menunjuknya sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018. Puncak kiprah politiknya terjadi pada tahun 2020, ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melalui Kongres ke V.
Ambisi AHY untuk terlibat dalam kontestasi politik tingkat nasional semakin menguat. Ia sempat dikabarkan menjadi pilihan Anies Baswedan sebagai calon wakil presiden. Namun, dinamika politik mengubah segalanya. Namanya tiba-tiba digantikan oleh Muhaimin Iskandar. Meski demikian, AHY menunjukkan kedewasaannya dengan mengajak para kader Demokrat untuk tetap berjuang dan memaafkan segala yang terjadi.
Keputusan AHY untuk masuk ke dunia politik bisa dilihat sebagai upaya untuk meneruskan estafet kepemimpinan keluarga Yudhoyono. Pilihan ini bukan tanpa konsekuensi, mengingat citra dirinya yang dibangun sebagai seorang perwira militer harus beradaptasi dengan dinamika politik yang penuh intrik. Namun, AHY terus berupaya untuk mengukuhkan posisinya sebagai tokoh sentral dalam Partai Demokrat dan panggung politik Indonesia.
Perjalanan AHY dari seorang perwira militer hingga menjadi tokoh politik utama memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi dan ketahanan dalam menghadapi berbagai perubahan. Kegagalannya menjadi cawapres 2024 tidak lantas menghentikan langkahnya. Ia tetap menjadi figur penting dalam politik Indonesia, dan menarik untuk disimak bagaimana ia akan membawa Partai Demokrat dan karir politiknya di masa mendatang.