Perempuan dan kata kasar, dua hal yang seringkali dianggap tabu untuk disandingkan. Namun, realitasnya, kata-kata pedas dan umpatan tak jarang lolos dari bibir siapa saja, tak terkecuali perempuan. Fenomena ini bukan hanya sekadar masalah etika, tetapi juga menyentuh ranah spiritualitas. Lantas, bagaimana pandangan Islam mengenai perempuan yang berkata kasar? Mari kita telaah lebih dalam.
Islam Mengecam Lisan yang Kotor
Agama Islam dengan tegas melarang umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk berkata kasar atau kotor. Hal ini bukan tanpa alasan. Lisan adalah anugerah yang seharusnya digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menyakiti atau merendahkan orang lain. Al-Quran, dalam surat An-Nisa’ ayat 114, menekankan bahwa tidak ada kebaikan dalam bisikan-bisikan kecuali yang mengajak pada sedekah, kebaikan, atau perdamaian. Sementara dalam ayat 148 surat yang sama, Allah SWT menyatakan tidak menyukai ucapan buruk, kecuali dari orang yang dizalimi.
Lebih dari sekadar larangan, Rasulullah SAW juga menggambarkan kebencian Allah SWT pada orang yang lisannya kotor dan kasar. Dalam sebuah hadis riwayat At Tirmidzi, disebutkan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan kebaikan seorang mukmin di hari kiamat selain akhlak yang mulia. Sebaliknya, Allah SWT sangat membenci lisan yang kotor. Hadis ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa menjaga lisan adalah bagian penting dari keimanan.
Also Read
Perempuan dan Ancaman Lisan yang Tak Terkendali
Rasulullah SAW memberikan nasihat khusus kepada perempuan agar terhindar dari murka Allah. Beliau menggambarkan bahwa sebagian besar perempuan akan menjadi penghuni neraka karena sering melaknat, mengingkari kebaikan suami, dan menunda-nunda kebaikan. Nasihat ini bukan berarti merendahkan perempuan, tetapi justru sebagai bentuk kasih sayang dan peringatan.
Melaknat atau berkata kasar seringkali menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Ketika emosi memuncak, kata-kata kotor mudah terlontar. Padahal, sebagai seorang mukmin, kita dituntut untuk menjaga lisan dari perkataan yang menyakitkan dan merendahkan orang lain. Rasulullah SAW bersabda bahwa seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, atau berkata keji.
Refleksi Diri: Menuju Lisan yang Lebih Baik
Larangan berkata kasar dalam Islam bukan hanya sekadar aturan yang harus diikuti, tetapi juga ajakan untuk refleksi diri. Mengapa kita mudah melontarkan kata-kata kasar? Apa yang memicu emosi kita hingga lepas kontrol? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk kita renungkan.
Mengubah kebiasaan buruk memang tidak mudah. Namun, dengan kesadaran, tekad, dan latihan, kita bisa melatih lisan kita untuk lebih santun dan bijak. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan antara lain:
- Menyadari emosi: Kenali pemicu emosi Anda dan belajar untuk mengendalikannya.
- Berpikir sebelum berbicara: Jangan terburu-buru mengeluarkan kata-kata ketika sedang emosi. Beri jeda untuk berpikir dan menata kata.
- Membiasakan diri dengan kata-kata yang baik: Perbanyak membaca dan mendengarkan kata-kata yang positif dan membangun.
- Memohon pertolongan Allah: Mintalah kepada Allah SWT agar selalu diberi kekuatan untuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik.
Pada akhirnya, menjaga lisan adalah investasi bagi kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Mari kita jadikan lisan kita sebagai alat untuk menyampaikan kebaikan, menebar kasih sayang, dan meraih rida Allah SWT. Perempuan yang bijak dan santun adalah perempuan yang mampu mengendalikan lisannya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan tersebut.