Sosok Panda Nababan belakangan ini kembali menghiasi berbagai headline media. Namanya yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik dan politik, kini kembali diperbincangkan publik. Mulai dari komentarnya mengenai Gibran Rakabuming Raka hingga perdebatan sengitnya dengan Nusron Wahid, Panda Nababan seakan tak pernah lepas dari sorotan. Siapa sebenarnya sosok kontroversial ini? Mari kita kupas tuntas profil dan perjalanan kariernya.
Pandapotan Maruli Asi Nababan, atau yang lebih dikenal dengan nama Panda Nababan, bukanlah nama baru di kancah pers Indonesia. Pria ini telah menorehkan jejak panjang sebagai jurnalis senior sekaligus politikus. Dedikasinya di dunia jurnalistik sudah dimulai sejak 1969, ketika ia menjadi wartawan di Harian Umum Warta Harian. Ia terus mengembangkan karirnya hingga mencapai posisi redaktur di Harian Umum Sinar Harapan dan berbagai jabatan penting di media lainnya. Kiprahnya yang cemerlang bahkan sempat diganjar Hadiah Adinegoro pada tahun 1976, sebuah penghargaan bergengsi di bidang jurnalistik.
Selain karirnya yang mentereng di dunia media, Panda juga melebarkan sayap ke dunia politik. Ia dikenal sebagai sosok yang vokal dan tak ragu mengkritisi berbagai isu. Tak heran, namanya kerap muncul dalam perdebatan panas di berbagai kesempatan. Namun, perjalanan kariernya tak selalu mulus. Ia pernah tersandung kasus korupsi pada tahun 2011, yang menyeretnya ke balik jeruji besi selama 17 bulan.
Also Read
Di balik sepak terjangnya yang penuh kontroversi, Panda Nababan adalah seorang ayah dari tiga orang anak, yaitu Putri Nababan, Putra Nababan, dan Anggi Nababan. Ia juga memiliki saudara kandung yang berpengaruh, seperti S.A.E. Nababan, seorang pendeta, dan Asmara Nababan, seorang aktivis HAM. Kehidupan keluarga yang harmonis ini menjadi sisi lain yang menarik dari sosok Panda Nababan.
Panda Nababan: Jejak Karier dan Kontroversi yang Tak Terlupakan
Berikut rangkuman jejak karier Panda Nababan yang cukup panjang dan beragam:
- Wartawan: Harian Umum Warta Harian (1969-1970)
- Redaktur: Harian Umum Sinar Harapan (1970-1987)
- Wakil Pemimpin Umum: Harian Umum Prioritas (1987-1988)
- Kepala Litbang: Media Indonesia (1988-1989)
- Wakil Pemimpin Umum: Majalah Forum Keadilan (1990-1999)
- Pemegang Saham: Majalah Forum Keadilan (1990-sekarang)
Namun, di balik deretan prestasi di dunia jurnalistik, Panda Nababan juga tak lepas dari kontroversi. Belum lama ini, komentarnya yang menyebut Gibran Rakabuming Raka sebagai "anak ingusan" menuai kritik keras dari berbagai pihak. Tak hanya itu, perdebatan sengitnya dengan politikus Golkar, Nusron Wahid, mengenai istilah "petugas partai" juga menjadi sorotan publik.
Kiprah Panda Nababan yang begitu panjang di dunia media dan politik, membuatnya menjadi sosok yang sangat menarik untuk dikaji. Ia adalah representasi dari seorang jurnalis senior yang tak pernah berhenti mengkritisi dan berani berpendapat. Meskipun kontroversial, jejaknya tetap menjadi bagian penting dalam sejarah pers dan politik Indonesia. Bagaimana menurutmu? Apakah sosok Panda Nababan ini masih relevan di era sekarang?