Ikan oarfish, makhluk laut dalam yang misterius, kembali menjadi perbincangan hangat. Ukurannya yang fantastis, tubuhnya yang panjang dan pipih seperti pita, serta mitos yang menyelimutinya, membuat oarfish selalu menarik perhatian. Namun, di balik semua itu, benarkah ikan ini merupakan pertanda bencana alam? Mari kita bedah lebih dalam.
Sang Penghuni Laut Dalam yang Unik
Oarfish, yang juga dikenal sebagai Regalecus glesne, memang bukan ikan sembarangan. Ia memegang rekor sebagai ikan bertulang terpanjang di dunia, dengan beberapa spesimen tercatat mencapai panjang hingga 17 meter dan berat ratusan kilogram. Habitatnya yang berada di kedalaman laut hingga 1.000 meter, membuat interaksi manusia dengan ikan ini sangat jarang terjadi.
Bentuk tubuh oarfish yang memanjang dan pipih, mirip pita perak, membuatnya sering disebut "naga laut". Gerakannya di dalam air juga unik, meliuk-liuk seperti ombak. Uniknya lagi, ia memiliki insang dalam jumlah yang sangat banyak, hingga 58 pasang, sebuah adaptasi luar biasa untuk bertahan hidup di laut dalam.
Also Read
Meski ukurannya raksasa, oarfish bukanlah predator ganas. Ia lebih memilih plankton, udang-udang kecil, dan cumi-cumi berukuran mini sebagai makanannya. Oarfish tidak memiliki gigi, sehingga ia tidak berbahaya bagi manusia. Dagingnya pun tidak layak konsumsi karena bertekstur lembek seperti jeli, dan belum ada penelitian yang memastikan kandungan nutrisinya.
Mitos Oarfish dan Bencana Alam: Fakta atau Fiksi?
Inilah bagian yang paling menarik perhatian publik. Mitos yang beredar mengatakan bahwa kemunculan oarfish di permukaan laut adalah pertanda akan terjadinya gempa bumi atau tsunami. Kemunculan oarfish di perairan Sulawesi Barat yang disusul gempa Palu, seolah memperkuat keyakinan ini.
Namun, benarkah demikian? Para ahli dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah membantah klaim tersebut.
Penjelasan ilmiah yang lebih masuk akal adalah: oarfish naik ke permukaan karena perubahan suhu air. Ketika suhu air di kedalaman laut tidak normal, plankton dan ikan kecil akan mencari suhu yang lebih hangat di permukaan. Oarfish, sebagai predator, akan mengikuti mangsanya. Sayangnya, oarfish bukanlah perenang andal. Mereka seringkali kelelahan karena terseret arus laut dan akhirnya mati, lalu terdampar di pantai.
Jadi, tidak ada kaitan langsung antara kemunculan oarfish dengan gempa bumi atau tsunami. Gempa bumi terjadi karena pergerakan lempeng tektonik, sebuah fenomena alam yang sepenuhnya terpisah dari perilaku oarfish.
Oarfish: Lebih dari Sekadar Monster Laut
Mitos tentang oarfish sebagai pembawa bencana memang menarik untuk dibahas. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa mitos tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Oarfish adalah makhluk laut yang unik dan menarik, yang memiliki peran penting dalam ekosistem laut dalam.
Alih-alih menganggapnya sebagai pertanda buruk, mari kita hargai oarfish sebagai salah satu keajaiban alam. Kita juga perlu terus belajar dan menggali informasi yang akurat agar tidak terjebak pada mitos-mitos yang menyesatkan. Dengan begitu, kita akan lebih bijak dalam menyikapi fenomena alam dan menghargai keanekaragaman hayati di planet ini.
Oarfish memang bukan monster laut, dan kemunculannya bukan pertanda bencana. Ikan ini hanyalah salah satu makhluk misterius yang masih menyimpan banyak pertanyaan bagi kita. Dan seperti makhluk lainnya, ia berhak untuk hidup di habitatnya tanpa dikaitkan dengan mitos yang tidak berdasar.
