Lagu "Mardua Holong" dari Omega Trio, yang dirilis pada 13 November 2013 di bawah label Wahana Records, bukan sekadar melodi sendu berbahasa Batak. Di balik alunan musiknya, tersembunyi kisah pilu tentang cinta yang dikhianati, rasa sakit mendalam, dan pesan kuat untuk tidak terperosok dalam lubang yang sama. Ciptaan Much Simanjuntak ini, yang menjadi single Omega Trio, membawa pendengar menyelami luka yang dialami seseorang akibat perselingkuhan.
Gejolak Hati yang Terluka
Lirik lagu ini langsung menusuk ke inti permasalahan: pengkhianatan. Bait-bait seperti "Arian nang borngin i sai busisaon rohakki" (Siang dan malam hatiku selalu gelisah) menggambarkan gejolak batin yang dialami korban perselingkuhan. Kegelisahan ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang kekecewaan mendalam pada orang yang dicintai.
Ungkapan "Sai hurippu do ito setia ho saleleng on, hape na mardua holong di puddiki" (Aku mengira kamu setia selama ini, ternyata mendua hati di belakangku) menyoroti kekagetan dan rasa tak percaya. Korban merasa telah memberikan seluruh hati, namun dibalas dengan pengkhianatan. Perasaan ini diperkuat dengan metafora "Seperti bunga-bunga yang layu di ladang," yang melukiskan betapa hancurnya hati dan harapan yang pernah dibangun.
Also Read
Perpisahan yang Bermartabat
Meskipun diliputi rasa sakit dan kecewa, lagu ini tidak terjebak dalam dendam. Justru, ada keinginan untuk mengakhiri hubungan dengan cara yang baik. Baris "Bila awalnya kita jadian baik-baik, tak usah lagi kita bersama, kekasih, kalau hanya membuat sakit hati" menyampaikan pesan bahwa perpisahan yang bermartabat lebih baik daripada terus terikat dalam hubungan yang menyiksa.
Ini adalah perspektif yang kuat. Di tengah rasa sakit yang mungkin membakar, korban memilih untuk melihat hubungan ini sebagai sesuatu yang pernah baik, dan perpisahan harus dilakukan dengan cara yang sama. Hal ini menunjukkan kedewasaan dan kemampuan untuk mengontrol emosi, bahkan dalam situasi yang sangat sulit.
Pesan Kuat untuk Generasi Mendatang
Lagu ini bukan hanya sekadar curahan hati. Di akhir bait, tersirat pesan yang sangat kuat: "Cukup hanya aku yang jadi korbanmu, sia-sia semua waktu dan hari-hari." Pesan ini adalah permohonan agar orang lain tidak mengalami hal serupa. Korban memilih untuk menjadikan dirinya pelajaran berharga, agar tidak ada lagi hati yang hancur karena perselingkuhan.
"Mardua Holong" bukan hanya lagu tentang sakit hati, tetapi juga tentang keberanian untuk menghadapi kenyataan, berpisah dengan kepala tegak, dan belajar dari pengalaman. Lagu ini menjadi pengingat bahwa cinta yang tulus tidak layak dibalas dengan pengkhianatan, dan bahwa setiap orang berhak untuk dicintai dengan sepenuh hati. Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa pentingnya menjaga komunikasi dalam hubungan agar tidak terjadi perselingkuhan yang akan menimbulkan luka yang mendalam.
"Mardua Holong" adalah lagu yang relevan dengan situasi banyak orang, dan kisahnya yang pahit memberikan pelajaran berharga tentang cinta, pengkhianatan, dan harapan.