Malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, selalu dinanti kehadirannya di bulan Ramadan. Banyak umat Islam yang berusaha meraih kemuliaan malam ini dengan berbagai ibadah, salah satunya dengan menghidupkan malam. Namun, apakah menghidupkan malam Lailatul Qadar berarti harus begadang semalaman tanpa istirahat? Ternyata, tidak juga.
Ulama seperti Imam Al-‘Iroqi dalam kitabnya "Thorhu Ats-Tsasrib" telah memberikan pandangan yang menenangkan. Beliau menjelaskan bahwa menghidupkan malam Lailatul Qadar tidak harus berarti begadang semalaman penuh. Cukup dengan melakukan sebagian kecil ibadah di malam hari, seperti bangun untuk shalat tahajud, sudah termasuk dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar. Bahkan, shalat tarawih berjamaah atau shalat Isya dan Subuh berjamaah juga termasuk amalan yang menghidupkan malam mulia ini.
Pendapat ini sejalan dengan apa yang disampaikan Ustadz Abdul Somad, yang menganjurkan shalat Lailatul Qadar dilakukan setelah bangun tidur di sepertiga malam terakhir. Ini menunjukkan bahwa esensi menghidupkan malam Lailatul Qadar bukanlah pada durasi, melainkan pada niat dan kualitas ibadah.
Also Read
Fleksibilitas dalam Meraih Kemuliaan
Pandangan ini tentu membawa angin segar bagi banyak orang, terutama ibu rumah tangga yang memiliki rutinitas padat atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Kita tidak perlu merasa terbebani dengan keharusan begadang semalaman untuk meraih keberkahan Lailatul Qadar. Allah Maha Pengasih, Ia melihat usaha kecil kita dengan nilai yang besar.
Penting untuk dipahami bahwa, tentu saja, pahala yang didapat akan berbeda antara mereka yang menghidupkan malam semalaman penuh dengan mereka yang menghidupkan sebagian kecil malam. Namun, jangan sampai perbedaan ini membuat kita berkecil hati. Justru, pandangan ini bisa menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah kita di malam-malam Ramadan, dan berharap dapat bertemu dengan Lailatul Qadar.
Lebih Dari Sekadar Begadang: Kualitas Ibadah yang Utama
Lailatul Qadar bukan hanya tentang seberapa lama kita terjaga, tapi juga tentang bagaimana kita menghidupkan hati kita dalam beribadah. Mari maksimalkan malam-malam terakhir Ramadan ini dengan tidak hanya sekadar begadang, tapi dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, shalat malam, dan berdoa dengan penuh harap.
Dengan niat yang tulus dan amalan yang berkualitas, kita semua berpeluang meraih kemuliaan malam Lailatul Qadar, meskipun hanya dengan sedikit waktu yang kita luangkan. Yang terpenting, kita berusaha menghidupkan malam dengan penuh kekhusyukan dan ketakwaan. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa kita merasakan manisnya beribadah di malam-malam penuh berkah ini.