Kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan Kapolres Dairi, AKBP Reinhard Habonaran Nainggolan, kini tengah menjadi sorotan publik. Nama perwira menengah Polri ini mendadak ramai diperbincangkan setelah dua anggotanya melapor telah mengalami kekerasan fisik saat menjalankan tugas piket. Lantas, bagaimana kronologi kejadian ini hingga menyeret nama Kapolres Dairi?
Profil Singkat AKBP Reinhard Nainggolan
Sebelum menjabat sebagai Kapolres Dairi, AKBP Reinhard Nainggolan telah malang melintang di berbagai posisi dalam kepolisian. Ia pernah bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumatera Utara. Pada 26 Juni 2021, ia diangkat menjadi Kapolres Nias Selatan sebelum akhirnya dimutasi ke Dairi. Pergantian jabatan ini merupakan hal yang lumrah dalam rotasi di tubuh Polri. Namun, siapa sangka, mutasi ini justru membawa namanya ke pusaran kasus dugaan pelanggaran etik.
Kronologi Dugaan Penganiayaan
Dugaan penganiayaan ini mencuat setelah dua anggota Polres Dairi, Bripka David Sitompul dan Bripka Hendrik Simatupang, melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami. Menurut laporan, insiden terjadi saat AKBP Reinhard Nainggolan memanggil kedua anggota yang sedang piket. Diduga, Kapolres merasa bahwa kedua anggotanya tidak melaksanakan perintah dengan baik. Akibatnya, tindakan fisik diduga dilakukan terhadap kedua polisi tersebut.
Also Read
Propam Turun Tangan
Kini, kasus ini telah ditangani oleh Propam Polda Sumatera Utara. Pemeriksaan intensif tengah dilakukan untuk mengumpulkan bukti dan keterangan terkait dugaan penganiayaan yang dituduhkan kepada Kapolres Dairi. Proses ini krusial untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam penegakan hukum.
Dampak Terhadap Citra Polri
Kasus ini menjadi pukulan telak bagi citra kepolisian di mata masyarakat. Apalagi, tindakan kekerasan oleh atasan terhadap bawahan merupakan pelanggaran berat dalam kode etik Polri. Masyarakat berharap agar kasus ini dapat segera diusut tuntas dan oknum yang terbukti bersalah dapat dihukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Refleksi dan Pentingnya Pengawasan
Kasus ini juga menjadi refleksi bagi institusi Polri tentang pentingnya pengawasan internal yang ketat. Setiap anggota Polri, tanpa terkecuali, harus menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme, etika, dan integritas. Mekanisme pengawasan internal juga perlu diperkuat agar kasus serupa tidak terulang di kemudian hari. Lebih dari itu, kasus ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, serta mengedepankan perlindungan hak asasi manusia.