Sosok Haris Azhar, mungkin tak asing lagi di telinga mereka yang mengikuti perkembangan isu hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Bukan sekadar nama, Haris menjelma menjadi representasi perjuangan panjang melawan ketidakadilan dan pelanggaran HAM yang kerap terjadi di negeri ini. Lebih dari sekadar aktivis, ia adalah seorang intelektual, praktisi hukum, dan pendidik yang menyatukan berbagai peran dalam satu visi: penegakan HAM.
Lulusan Hukum Universitas Trisakti ini, menempuh jalan berliku demi memperdalam pemahamannya tentang HAM. Setelah sempat menjajal studi filsafat, Haris akhirnya memilih mendalami Teori Hak Asasi Manusia dan Praktik di University of Essex, Inggris. Langkah ini menjadi fondasi kuat bagi sepak terjangnya di kemudian hari.
Kiprah Haris di dunia aktivisme dimulai sejak bergabung dengan KontraS pada 1999. Ia tak hanya menjadi anggota biasa, tapi kemudian dipercaya sebagai koordinator lembaga yang fokus pada isu orang hilang dan korban kekerasan tersebut pada tahun 2015. Di KontraS, Haris mengasah kemampuannya dalam litigasi, misi pencarian fakta, analisis, penelitian, dan kerja kasus. Pengalaman ini membentuknya menjadi aktivis HAM yang tak hanya berteriak lantang, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang seluk-beluk penegakan hukum.
Also Read
Tak berhenti di KontraS, Haris mendirikan Lokataru Foundation, sebuah organisasi yang fokus pada litigasi strategis, penelitian, dan konsultasi di bidang hukum dan HAM. Langkah ini menunjukkan komitmennya untuk memberikan solusi yang konkret dan berkelanjutan dalam isu HAM. Ia juga mendirikan platform digital "hakasasi.id," sebuah ruang yang mendokumentasikan isu HAM melalui penelitian digital. Ini adalah inovasi yang patut diapresiasi, mengingat era digital kini menjadi panggung penting dalam penyebaran informasi dan edukasi publik.
Haris juga tak melupakan dunia pendidikan. Ia tercatat sebagai pengajar di Universitas Trisakti Jakarta dan Jentera Indonesia Law School, tempat ia menularkan pengetahuannya tentang HAM kepada generasi muda. Lebih dari itu, ia aktif dalam Perhimpunan Pengacara Indonesia (PERADI) sebagai pemimpin Departemen Hak Asasi Manusia. Hal ini memperlihatkan bahwa Haris tidak hanya aktif di ranah aktivisme, tapi juga di ranah kelembagaan dan akademis.
Perjalanan Haris sebagai pembela HAM telah berlangsung selama hampir dua dekade, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan Asia Tenggara. Dari sini, kita bisa melihat bagaimana dedikasinya untuk melindungi harkat dan martabat manusia tak terbatas oleh batas negara. Ia juga pernah mendapatkan penghargaan "Aktivis Terbaik" dari I-News TV, sebuah pengakuan atas kontribusinya di bidang ini.
Haris Azhar bukan hanya seorang aktivis, ia adalah simbol perjuangan yang tak pernah padam. Ia adalah contoh bagaimana pengetahuan, dedikasi, dan keberanian dapat disatukan untuk membela kebenaran dan keadilan. Kiprahnya adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang menegakkan HAM di Indonesia. Perannya dalam memajukan kesadaran HAM di Indonesia tidak dapat diremehkan. Ia adalah suara lantang yang membela mereka yang tertindas dan terpinggirkan. Perjuangan Haris adalah pengingat bahwa keadilan adalah cita-cita yang harus terus diperjuangkan.