Senin, 21 November 2022, menjadi hari yang kelabu bagi Cianjur dan sekitarnya. Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang wilayah ini, getarannya bahkan dirasakan hingga Jakarta dan Bogor. Gempa yang berpusat di darat, tepatnya di Sukalarang, Sukabumi, dengan kedalaman 11 kilometer ini, meski tidak memicu tsunami, meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat.
Ratusan nyawa melayang, puluhan lainnya hilang, dan ribuan rumah hancur menjadi saksi bisu dahsyatnya guncangan. Sampai saat ini, tim penyelamat terus berupaya mengevakuasi korban, dengan catatan terakhir menyebutkan 269 korban jiwa, 122 jenazah berhasil diidentifikasi, dan 151 orang masih dinyatakan hilang.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pemicu gempa ini adalah pergeseran Sesar Cimandiri, patahan aktif yang membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Gunung Tangkuban Perahu. Sesar ini terbagi menjadi dua segmen: bagian barat yang membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Perbukitan Walat dan bagian timur yang membentang dari perbatasan Sukabumi sampai Gunung Tangkuban Perahu.
Also Read
Kawasan ini memang dikenal sebagai wilayah seismik aktif dan kompleks, membuatnya rentan terhadap gempa bumi. Lebih lanjut, gempa yang terjadi termasuk gempa dangkal, dengan hiposenter kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa dangkal, meski tidak selalu, kerap kali menimbulkan kerusakan yang parah karena energinya lebih terfokus di dekat permukaan.
Tragisnya, dampak gempa ini diperparah oleh kondisi bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa. Banyak rumah warga yang dibangun tanpa struktur pondasi plat beton lajur yang seharusnya menjadi penahan utama guncangan. Ketidakpatuhan terhadap standar bangunan tahan gempa ini, sayangnya, masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di berbagai daerah rawan bencana di Indonesia.
Gempa Cianjur ini menjadi pengingat keras bagi kita semua akan pentingnya mitigasi bencana, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur yang tahan gempa. Bukan hanya sekadar membangun rumah, tetapi juga memastikan bahwa setiap bangunan berdiri kokoh dan aman, siap menghadapi potensi bencana alam. Selain itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat akan potensi bencana di daerahnya juga menjadi kunci penting dalam mengurangi dampak kerusakan dan korban jiwa di masa mendatang. Peristiwa ini bukan hanya menjadi duka bagi Cianjur, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.