Eko Sulistyo, nama yang mungkin tak asing di kalangan penggiat politik dan aktivis, kini kembali menjadi sorotan publik. Bukan sebagai pengamat atau komentator, melainkan sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud. Penunjukan ini menandai babak baru dalam perjalanan karirnya yang panjang, dari seorang aktivis jalanan hingga menduduki posisi strategis dalam tim pemenangan capres-cawapres.
Lahir di Kendal pada tahun 1968, Eko Sulistyo adalah representasi politisi yang tumbuh dari akar rumput. Jiwa aktivisnya telah terpupuk sejak 1998, jauh sebelum ia terjun ke dunia politik formal. Lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) ini bukan sekadar aktivis biasa. Ia adalah tipikal aktivis yang punya rekam jejak panjang di masyarakat sipil, khususnya di Solo.
Keterlibatan Eko dalam politik praktis dimulai saat ia dipercaya memimpin Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Surakarta pada periode 2003-2008. Pengalaman ini menjadi bekal berharga yang membentuk pemahamannya tentang dinamika politik elektoral. Namun, Eko tidak hanya berkutat pada urusan teknis pemilu. Ia adalah sosok yang punya andil besar dalam mengantarkan Joko Widodo (Jokowi) ke kursi Wali Kota Solo, sebuah titik awal karier politik Jokowi yang kita kenal saat ini.
Also Read
Solidaritas dan keyakinan pada sosok Jokowi membawa Eko terus berada di lingkaran dekat sang presiden. Ia menjadi Koordinator Lapangan Tim Relawan Jokowi-JK pada Pilpres 2014, sebuah peran yang membuktikan kesetiaannya dan kemampuan organisasinya. Setelah Jokowi memenangkan kursi presiden, Eko dipercaya mengisi posisi Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi di Kantor Staf Kepresidenan. Di sinilah, sentuhan strategis dan pemahaman komunikasi politiknya terasah.
Menariknya, Eko juga pernah menjabat sebagai Komisaris PT PLN sejak 2019, sebuah posisi yang mencerminkan kepercayaan negara pada kapasitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya ahli dalam manuver politik, tetapi juga punya pemahaman tentang isu-isu strategis yang lebih luas.
Eko Sulistyo bukan hanya seorang politisi, melainkan juga seorang intelektual. Ia membuktikan dirinya sebagai penulis dengan menerbitkan dua buku, "Jejak Listrik di Tanah Raja" dan "Dari Jokowi Hingga Pandemi". Dua karya ini menunjukkan betapa beragam minat dan keterlibatannya. Lewat "Jejak Listrik di Tanah Raja", kita bisa melihat betapa detail Eko meneliti sejarah dan isu-isu lokal. Sementara itu, "Dari Jokowi Hingga Pandemi" memberikan perspektif mendalam tentang dinamika politik dan sosial yang terjadi di Indonesia.
Penunjukan Eko Sulistyo sebagai Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud jelas bukan tanpa alasan. Dengan rekam jejak yang panjang, jaringan yang luas, serta pemahaman mendalam tentang dinamika politik Indonesia, Eko diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak kemenangan. Posisi ini akan menjadi ujian sejauh mana kapasitas Eko untuk menyelaraskan idealisme dan pengalaman dalam panggung politik yang lebih besar.
Perjalanan Eko Sulistyo, dari aktivis di Solo hingga menjadi salah satu tokoh kunci dalam tim pemenangan capres-cawapres, adalah kisah tentang ketekunan, kesetiaan, dan kemampuan untuk terus beradaptasi. Ia bukan sekadar "orang dekat" Jokowi, tetapi juga seorang individu dengan gagasan dan rekam jejak yang patut diperhitungkan. Kini, publik akan menanti kiprahnya di TPN, sekaligus melihat bagaimana ia akan memberikan warna dan kontribusi dalam perhelatan politik nasional.