Lagu "Duka" yang dilantunkan oleh Last Child kembali mencuri perhatian publik. Dirilis sejak tahun 2016, karya ciptaan Virgoun ini seolah menemukan relevansinya di era sekarang, di mana kisah patah hati masih menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan cinta manusia. Lagu ini bukan sekadar untaian lirik yang meratapi kesedihan, tetapi juga potret jujur tentang perjuangan untuk menerima kenyataan pahit.
"Hingga air mata tak mampu / Yang kau ukir dalam hati ini" menjadi pembuka yang langsung membawa pendengar pada kedalaman luka. Bait ini menggambarkan betapa dalamnya bekas yang ditinggalkan oleh sebuah hubungan yang kandas. Bukan sekadar kesedihan biasa, tetapi duka yang mengakar, bahkan membuat air mata terasa tak lagi cukup untuk meluapkan rasa.
Pilihan kata "mengukir" dalam lirik ini sangat kuat. Bukan sekadar melukai, tetapi mengukir, yang berarti bekasnya akan lebih permanen, sulit untuk dihapus. Ini menggambarkan betapa perihnya ditinggalkan tunangan, seseorang yang sudah begitu dekat, yang sudah mengukir harapan masa depan bersama.
Also Read
Lirik "Tuk terbang tinggi lagi / Dan mencari bintang" mencerminkan adanya harapan di tengah keputusasaan. Walaupun terluka, tokoh dalam lagu ini masih memiliki keinginan untuk bangkit dan mencari kebahagiaan baru. Namun, kenyataan "Sampai kini masih kucoba / Bahwa kau bukan lagi milikku" menunjukkan bahwa proses melupakan bukanlah hal yang mudah. Perasaan masih terikat, meskipun logika mengatakan bahwa hubungan itu sudah berakhir.
Ketidakberdayaan hati untuk menerima kenyataan yang tergambar dalam "Walau hati tak akan pernah" adalah sebuah kejujuran yang menghantam. Seringkali, logika dan hati berjalan sendiri-sendiri. Akal mungkin sudah bisa menerima, tetapi hati masih berpegang pada masa lalu.
Pengulangan lirik yang sama dalam lagu ini bukan tanpa alasan. Pengulangan tersebut seolah menggambarkan bagaimana luka itu terus hadir, membekas, dan menggerogoti. Meskipun ada keinginan untuk melangkah, masa lalu seolah terus menarik kembali. "Dan tiap tetes air mata / Pada indahnya duka dalam kenangan kita" adalah sebuah ironi yang pahit. Di tengah duka, masih ada kenangan indah yang tersimpan, yang justru membuat luka semakin terasa.
"Duka" bukanlah sekadar lagu galau biasa. Ia adalah potret kejujuran tentang patah hati. Ia mengajarkan bahwa luka adalah bagian dari hidup, tetapi bukan berarti kita harus terus tenggelam di dalamnya. Proses menerima, meski sulit, adalah langkah pertama untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Lagu ini hadir sebagai teman dalam kesedihan, sebagai pengingat bahwa kita tidak sendiri dalam mengalami duka cinta. Ia memberi ruang untuk merasakan, untuk merenung, dan pada akhirnya, untuk mencari bintang baru.