Lagu lawas kembali naik daun berkat kekuatan TikTok. Kali ini, giliran "Cintamu Sepahit Topi Miring" dari Jogja Hip Hop Foundation yang kembali memikat hati pendengar, sembilan tahun setelah dirilis pada 2013. Meski berbahasa Jawa dan mungkin terasa asing bagi sebagian orang, lagu ini justru menjadi viral dan memicu rasa penasaran. Apa sebenarnya makna di balik liriknya yang unik?
"Cintamu Sepahit Topi Miring" bukan sekadar lagu dengan lirik yang absurd. Ia menghadirkan cerita tentang sosok bernama Ranto Gudel yang rela melakukan berbagai cara demi menemukan cinta sejatinya. Lirik-lirik seperti "Senja lucu dengan kasih sayang ibu dan anak, dan berubah jadi Ranto Gudel" atau "Hampir saja aku bercinta dengan setan" adalah metafora dari perjuangan dan kekacauan yang dialami Ranto dalam pencarian cintanya.
Lagu ini menggunakan perpaduan lirik yang jenaka, sedikit absurd, dan dibalut dengan irama hip hop khas Jogja Hip Hop Foundation. Penggunaan bahasa Jawa juga memberikan sentuhan khas dan otentik. Hal ini yang justru membuat lagu ini menarik, meski mungkin beberapa pendengar tidak sepenuhnya memahami makna liriknya secara langsung.
Also Read
"Memang enak jadi wedhus daripada manusia, bila mati dikubur di gundukan tanah," penggalan lirik ini bisa ditafsirkan sebagai bentuk kritik sosial dan refleksi tentang kehidupan manusia. Di tengah hiruk pikuk dan kompleksitas kehidupan, terkadang muncul keinginan untuk menjadi sesuatu yang lebih sederhana.
Di sisi lain, lagu ini juga bisa dilihat sebagai representasi dari kegelisahan manusia dalam mencari koneksi dan hubungan yang mendalam. "Pada dasarnya memang manusia butuh suatu koneksi atau hubungan antar manusia lainnya," demikian inti makna yang ingin disampaikan. Ranto Gudel, dengan segala kegilaannya, adalah metafora dari keinginan kita semua untuk dicintai dan mencintai.
Viralnya "Cintamu Sepahit Topi Miring" di TikTok juga menunjukkan bagaimana sebuah lagu, meskipun sudah lama dirilis, bisa kembali relevan dan menemukan pendengar baru. Kekuatan media sosial, khususnya TikTok, telah memberikan ruang bagi lagu-lagu dari berbagai genre dan era untuk kembali bersinar. Tidak hanya itu, lagu ini juga membuktikan bahwa musik tidak mengenal batasan bahasa dan budaya. Meskipun berbahasa Jawa, "Cintamu Sepahit Topi Miring" mampu menyentuh hati banyak orang dari berbagai latar belakang.
Lagu ini menjadi pengingat bahwa cinta, meski terkadang terasa pahit seperti topi miring, adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Ia adalah energi yang mendorong kita untuk terus mencari, berjuang, dan terkadang melakukan hal-hal di luar nalar demi menemukan makna sejati dalam hubungan. "Cintamu Sepahit Topi Miring" bukan sekadar lagu viral, tetapi juga cerminan dari perjalanan hidup manusia dalam mencari cinta dan jati diri.