Nama Basuki Hadimuljono kembali mencuri perhatian publik, bukan kali ini karena kebijakan strategis kementeriannya, melainkan karena dua momen sederhana yang justru memancarkan sisi humanisnya. Pertama, suara dering telepon seluler jadulnya yang berbunyi saat mendampingi Presiden Jokowi meninjau proyek. Kedua, aksinya yang terlihat asyik memotret sang presiden dengan kamera di sela-sela KTT G20 di Bali.
Kedua peristiwa ini, meski terkesan remeh, justru memunculkan pertanyaan yang menarik: Siapakah sosok Basuki Hadimuljono sebenarnya?
Lebih dari sekadar seorang menteri, Basuki adalah representasi pejabat publik yang merakyat. Lahir di Surakarta pada 5 November 1954, pria ini bukan sekadar figur birokrat yang duduk di balik meja. Ia adalah seorang insinyur yang tumbuh dan berkembang di lapangan. Rekam jejaknya panjang dan berliku, mulai dari proyek pengembangan air tanah di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur hingga penanganan bencana di Aceh dan Sidoarjo.
Also Read
Riwayat karirnya mencerminkan pengalamannya yang matang. Sebelum menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2014 hingga saat ini, ia telah malang melintang di berbagai posisi strategis di kementerian yang sama. Ia pernah menjadi Direktur Wilayah Tengah, Kepala Biro Perencanaan & Kerjasama Luar Negeri, dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. Jabatan-jabatan tersebut, yang ia emban dengan penuh dedikasi, menjadi fondasi kuat bagi kepemimpinannya sebagai menteri.
Namun, sosok Basuki tidak hanya dikenang karena prestasi dan jabatannya. Ia dikenal sebagai "orang lapangan," sosok yang sangat menguasai seluk-beluk pekerjaan di sektor PUPR. Pengalamannya selama lebih dari tiga dekade di instansi tersebut, menjadikannya bukan sekadar pejabat, tetapi juga seorang praktisi yang memahami setiap tantangan di lapangan. Penghargaan yang diterimanya, seperti Dharma Widya Argya, Perekayasa Utama Kehormatan, Tokoh Perubahan dari Republika, dan Bintang Bhayangkara Utama, adalah bukti pengakuan atas kontribusinya yang signifikan.
Menariknya, di balik sosoknya yang serius dan berwibawa sebagai pejabat, Basuki juga memiliki sisi yang jenaka dan dekat dengan keseharian masyarakat. Momen ringtone HP jadulnya, misalnya, menjadi viral dan membuatnya semakin dikenal. Ia tidak berusaha menyembunyikan atau mengubah dirinya, malah menerima momen itu sebagai bagian dari dirinya.
Di KTT G20, aksinya yang memotret Presiden Jokowi dengan kamera juga menjadi perbincangan hangat. Ia tidak peduli dengan statusnya sebagai menteri, ia lebih memilih menjadi seorang fotografer dadakan yang mengabadikan momen penting. Aksi spontanitas ini, justru menunjukan bahwa ia adalah manusia biasa yang tetap memiliki minat dan ketertarikan terhadap hal-hal sederhana.
Basuki Hadimuljono bukan hanya sekadar seorang menteri, ia adalah simbol pejabat publik yang bekerja dengan hati dan dekat dengan rakyat. Ia mengajarkan bahwa kesederhanaan dan ketulusan dapat menginspirasi dan memikat hati banyak orang. Dari ringtone jadul hingga lensa kamera, ia membuktikan bahwa seorang pejabat juga manusia biasa yang memiliki sisi unik dan menarik. Sosoknya memberi warna tersendiri dalam lanskap politik dan pemerintahan Indonesia.