Ayam Den Lapeh: Kisah Pilu di Balik Lagu Minang Populer dan Makna Mendalamnya

Dian Kartika

Serba Serbi Kehidupan

Lagu "Ayam Den Lapeh", yang sering kita dengar dengan merdu, ternyata menyimpan cerita pilu di baliknya. Bukan sekadar melodi riang khas Minangkabau, lagu ini adalah ungkapan hati seorang perempuan yang kehilangan cintanya. Walaupun dipopulerkan oleh Elly Kasim, lagu ini sebenarnya merupakan karya Nurseha, seorang pencipta lagu berbakat dari Sumatera Barat.

Jika kita dengarkan dengan seksama, lirik "Ayam Den Lapeh" yang dalam bahasa Indonesia berarti "ayamku lepas", bukanlah tentang ayam yang kabur dari kandang. Ini adalah metafora yang menggambarkan perasaan kalut dan kehilangan yang mendalam. Sang ‘ayam’ dalam lagu ini adalah kekasih hati yang pergi, meninggalkan duka bagi si perempuan.

Liriknya sederhana, namun menyentuh:

  • Bagaimana hati tidak akan rusuh
  • Bagaimana hati tidak akan mengupat
  • Lepaslah dia yang ke rimba
  • Tempat berjalan orang Baso

Baris-baris ini melukiskan bagaimana hati yang terluka. Kepergian kekasih bukan hanya menimbulkan kesedihan, tapi juga kemarahan dan kekecewaan. "Rimban" dalam lirik bisa diartikan sebagai tempat yang jauh dan asing, semakin menekankan perasaan terpisah dan kehilangan harapan. "Tempat berjalan orang Baso" mengindikasikan tempat di mana kekasihnya menghilang atau mungkin tempat asal kekasihnya, semakin menambah sentuhan lokal pada lagu ini.

Lagu ini begitu kuat karena berhasil menggambarkan emosi universal tentang kehilangan dan patah hati. Siapapun, terlepas dari latar belakang budaya, bisa merasakan kepedihan yang sama saat orang yang dicintai pergi. Namun, "Ayam Den Lapeh" memiliki keunikan dalam penggunaan metafora dan bahasa daerah Minangkabau, memberikan nuansa yang otentik dan menyentuh bagi pendengarnya.

Kekuatan "Ayam Den Lapeh" tidak hanya terletak pada lirik dan melodinya, tetapi juga pada interpretasi Elly Kasim yang penuh penjiwaan. Suaranya yang khas dan penghayatan yang mendalam membuat lagu ini abadi dan terus didengar dari generasi ke generasi. Elly Kasim berhasil menghidupkan kisah pilu di balik lagu ini, menjadikannya bukan sekadar lagu daerah, melainkan sebuah karya seni yang menyentuh hati dan relevan hingga saat ini.

Lebih dari sekadar hiburan, "Ayam Den Lapeh" adalah pengingat bahwa di balik setiap lagu daerah, ada cerita dan perasaan manusia yang perlu kita hargai. Lagu ini adalah cerminan dari budaya Minangkabau yang kaya, juga bukti bahwa musik adalah bahasa universal yang bisa menghubungkan kita semua. Mari kita terus lestarikan dan hargai karya-karya seni seperti ini, agar cerita-cerita dan perasaan di dalamnya tak pernah terlupakan.

Baca Juga

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Arya Mohan: Dari Anak Sekolah Gemas Hingga Bodyguard Jahil di Private Bodyguard

Sarah Oktaviani

Aktor muda Arya Mohan kini tengah mencuri perhatian publik lewat perannya sebagai Helga dalam serial "Private Bodyguard". Kemunculannya menambah daftar ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

Musik DJ Paling Enak Didengar: Sensasi 2024 dengan Sentuhan Remix Lokal

Maulana Yusuf

Musik DJ terus berevolusi, dan di tahun 2024 ini, trennya semakin menarik untuk diikuti. Jika di tahun-tahun sebelumnya kita disuguhi ...

Tinggalkan komentar