Musik campursari, dengan perpaduan gamelan dan sentuhan modern, telah lama menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat Jawa dan sekitarnya. Lebih dari sekadar hiburan, lagu-lagu campursari lawas seringkali menyimpan kisah-kisah getir kehidupan, cinta yang bersemi hingga patah hati, dan ironi sosial yang relevan hingga kini. Mari kita telusuri 7 lagu campursari lawas yang tidak hanya populer, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam di hati para pendengarnya.
-
"Wong Salah Ora Gelem Ngaku Salah": Judul yang langsung menusuk, lagu ini menggambarkan potret manusia yang enggan mengakui kesalahan. Pengulangan lirik "Wong salah ora gelem ngaku salah, suwe-suwe sopo wonge sing betah" (Orang salah tidak mau mengakui salah, lama-lama siapa yang tahan) mencerminkan frustrasi dan kepedihan menghadapi orang yang keras kepala. Lagu ini bukan sekadar keluhan, tetapi juga refleksi tentang pentingnya kejujuran dan kerendahan hati. Iramanya yang sederhana namun mengena, membuat pesan ini terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari.
-
"Saat Pertama Ku Jumpa Kamu": Berbeda dengan lagu sebelumnya, lagu ini membawa nuansa romansa yang manis. Lirik "Saat pertama ku jumpa kamu, Setiapku ingat kamu terasa rindu hatiku" mengungkapkan gejolak asmara yang sedang bersemi. Kesederhanaan lirik dan melodi mampu membangkitkan kenangan akan pertemuan pertama yang penuh debaran. Lagu ini menjadi pengingat bahwa cinta terkadang hadir dengan cara yang sederhana namun membekas di jiwa.
Also Read
-
"Cemburu Aku Cemburu": Lagu ini menghadirkan sisi lain dari cinta, yaitu cemburu. Liriknya yang lugas "Cemburu aku cemburu melihat di dinding facebookmu, Gadis yang mana yang kau rayu-rayu, Janda yang mana yang kau ganggu-ganggu" menggambarkan kecemburuan yang dipicu oleh media sosial. Ini adalah refleksi menarik tentang bagaimana teknologi modern dapat mempengaruhi hubungan percintaan. Lagu ini juga menyentil tentang kekhawatiran dan ketidakpercayaan yang seringkali muncul dalam sebuah hubungan.
Selain ketiga lagu di atas, masih banyak lagu campursari lawas yang memiliki daya tarik tersendiri. Beberapa di antaranya mungkin tidak tercantum secara eksplisit dalam daftar sebelumnya, namun tak kalah populer dan berkesan di hati penggemar, seperti:
- "Sewu Kuto": Lagu yang menceritakan kerinduan yang mendalam terhadap kekasih.
- "Stasiun Balapan": Mengisahkan perpisahan yang mengharukan di stasiun kereta.
- "Kangen Nickerie": Ungkapan rasa rindu terhadap kampung halaman atau orang tercinta yang jauh di perantauan.
- "Layang Kangen": Lagu tentang surat kerinduan yang menjadi sarana komunikasi antar kekasih.
Lagu-lagu campursari lawas ini bukan sekadar alunan musik yang menghibur, tetapi juga cerminan dari kehidupan masyarakat Jawa yang penuh warna. Dari kisah cinta yang manis hingga ironi kehidupan yang pahit, semuanya terangkum dalam nada-nada sederhana namun penuh makna. Kehadiran para maestro seperti Didi Kempot, Waldjinah, Cak Diqin, dan Sonny Josz, semakin memperkaya khazanah musik campursari, menjadikannya tetap relevan dan dicintai hingga saat ini. Musik mereka adalah warisan budaya yang patut kita lestarikan dan nikmati. Lewat lagu-lagu ini, kita bisa belajar banyak tentang cinta, kehidupan, dan bagaimana merespons berbagai gejolaknya dengan bijak. Jadi, mari kita kembali menyelami keindahan dan kearifan yang tersembunyi di balik lagu-lagu campursari lawas ini.