Menjelang Idul Adha, umat Muslim bersemangat mempersiapkan diri menyambut hari raya dengan berbagai amalan, salah satunya puasa sunnah Dzulhijjah. Namun, di tengah semangat itu, seringkali muncul pertanyaan: bolehkah menggabungkan puasa Dzulhijjah dengan puasa qadha atau mengganti puasa Ramadan yang tertinggal? Pertanyaan ini wajar, mengingat kedua jenis puasa ini memiliki hukum dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Mari kita bedah tuntas isu ini!
Memahami Perbedaan Puasa Dzulhijjah dan Qadha Ramadan
Sebelum membahas boleh tidaknya digabung, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara kedua jenis puasa ini. Puasa Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang sangat dianjurkan, dilaksanakan mulai tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Keutamaan puasa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat besar, bahkan satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits Tirmidzi. Puasa ini bersifat sunnah, artinya tidak wajib dan boleh dilakukan secara tidak berurutan.
Di sisi lain, puasa qadha adalah puasa pengganti untuk mengganti puasa Ramadan yang tertinggal karena alasan syar’i. Puasa qadha hukumnya wajib, dan dapat dilaksanakan kapan saja di luar bulan Ramadan, meski dianjurkan pada hari Senin-Kamis. Jadi, dari segi hukum dan waktu pelaksanaan, keduanya jelas berbeda.
Also Read
Lalu, Bagaimana Jika Digabung?
Inilah inti dari pertanyaan yang kerap muncul. Apakah seseorang bisa mendapatkan pahala puasa sunnah Dzulhijjah sekaligus menunaikan kewajiban mengganti puasa Ramadan dengan menggabungkan niatnya?
Beberapa ulama berpendapat bahwa menggabungkan kedua puasa ini diperbolehkan. Wakil Sekretaris LBM PBNU, Alhafiz Kurniawan, menyatakan bahwa seseorang yang membayar utang puasa wajib di hari yang disunnahkan berpuasa akan mendapatkan dua keutamaan sekaligus: menggugurkan utang puasa dan mendapat pahala puasa sunnah. Ini seperti sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Namun, ada juga pandangan lain. Ulama Al-Khatib Al-Syarbini berpendapat bahwa orang yang berpuasa qadha tidak akan mendapatkan keutamaan puasa sunnah Dzulhijjah. Artinya, niatnya hanya fokus pada qadha, bukan puasa sunnah.
Prioritaskan yang Wajib, Tapi Jangan Tunda yang Sunnah
Terlepas dari perbedaan pendapat, ada satu kesamaan saran dari para ulama: dahulukanlah yang wajib. Jika kita masih memiliki utang puasa Ramadan, sebaiknya segera lunasi terlebih dahulu. Ini adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Setelah kewajiban terpenuhi, barulah kita bisa fokus mengamalkan puasa sunnah Dzulhijjah.
Namun, perlu diingat, jika utang puasa baru teringat di bulan Dzulhijjah, jangan ragu untuk langsung mengqadhanya. Lebih baik menunaikan kewajiban, daripada menundanya lebih lama. Dan jika dengan itu, pahala sunnah juga ikut didapatkan, itu adalah bonus dari Allah SWT.
Kesimpulan: Boleh, Tapi Lebih Baik Dahulukan Kewajiban
Jadi, apakah boleh menggabungkan puasa Dzulhijjah dan qadha Ramadan? Jawabannya, pada dasarnya boleh dan tidak diharamkan. Namun, yang lebih utama adalah menunaikan kewajiban mengganti puasa Ramadan terlebih dahulu. Jika utang sudah lunas, silakan menikmati keutamaan puasa sunnah Dzulhijjah.
Yang terpenting dari semua ini adalah keikhlasan dalam beribadah. Baik puasa wajib maupun sunnah, lakukanlah dengan niat karena Allah SWT, bukan karena mengejar pahala semata. Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita.