Congklak: Lebih dari Sekadar Nostalgia, Permainan Tradisional yang Terlupakan

Dian Kartika

Review & Rekomendasi

Ingatkah Anda dengan suara gemerincing biji yang dipindahkan dari satu lubang ke lubang lain? Atau keseruan menghitung jumlah biji di lumbung sendiri? Jika iya, kemungkinan besar Anda pernah akrab dengan permainan congklak. Permainan tradisional ini, dulu begitu populer di kalangan anak-anak Indonesia, kini mulai tergerus zaman.

Congklak, atau sering juga disebut dakon, adalah permainan papan yang dimainkan oleh dua orang. Papan congklak biasanya memiliki 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua ujungnya sebagai lumbung. Cara memainkannya pun cukup sederhana. Pemain bergantian mengambil biji dari salah satu lubang kecil dan membagikannya satu per satu ke lubang berikutnya searah jarum jam, termasuk ke lumbung sendiri. Tujuannya adalah mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya di lumbung.

Namun, di era digital ini, pemandangan anak-anak bermain congklak semakin langka. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan gadget, bermain game online yang menawarkan kesenangan instan dan visual yang memanjakan mata. Padahal, permainan tradisional seperti congklak, bukan hanya sekadar hiburan. Ia menyimpan segudang manfaat yang mungkin belum banyak disadari.

Selain melatih kesabaran dan kemampuan berhitung, congklak juga mengajarkan strategi dan perencanaan. Pemain harus memikirkan langkah yang tepat agar dapat mengumpulkan biji sebanyak mungkin dan mengalahkan lawannya. Lebih dari itu, congklak juga menjadi sarana interaksi sosial. Permainan ini biasanya dimainkan bersama teman atau keluarga, menciptakan keakraban dan mempererat hubungan.

Hilangnya minat anak-anak pada permainan tradisional adalah sebuah kerugian besar. Di balik kesederhanaannya, terkandung nilai-nilai luhur yang membentuk karakter bangsa. Jika generasi penerus melupakan warisan budaya ini, bagaimana identitas kita akan terjaga?

Sudah saatnya kita mulai menghidupkan kembali permainan tradisional, termasuk congklak. Mungkin tidak harus setiap hari, tapi jadikanlah ini sebagai alternatif kegiatan di luar gadget. Kita bisa mulai dari lingkungan keluarga atau komunitas, mengajak anak-anak untuk mencoba dan merasakan keseruan bermain congklak. Jangan sampai warisan budaya ini hilang ditelan zaman dan hanya menjadi kenangan manis masa lalu.

Dengan sedikit usaha, kita bisa mengenalkan kembali keindahan dan manfaat permainan tradisional kepada generasi muda. Congklak bukan sekadar permainan, ia adalah bagian dari identitas dan kekayaan budaya kita. Mari kita lestarikan!

Baca Juga

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

10 Pilihan Minuman Diet di Indomaret: Rendah Gula, Rendah Kalori, Harga Terjangkau!

Annisa Ramadhani

Bagi Mama dan Papa yang sedang berjuang mencapai berat badan ideal, memilih minuman yang tepat adalah kunci sukses diet. Jangan ...

Taeyong NCT Botak Wamil, Ini Jadwal Pulang dan Alasan Wajib Militer di Korea Selatan

Sarah Oktaviani

Kabar Taeyong NCT mencukur habis rambutnya sebelum berangkat wajib militer (wamil) memang sempat bikin heboh jagat maya. Isu bahwa Jungwoo ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

Tinggalkan komentar