Bulan Suro, atau yang dikenal juga sebagai bulan Muharram dalam kalender Hijriyah, adalah bulan yang sarat makna bagi masyarakat Jawa. Bukan sekadar penanda pergantian tahun, Suro menyimpan nilai-nilai filosofis dan tradisi luhur yang terus dilestarikan. Lantas, kapan tepatnya kita memasuki dan mengakhiri Bulan Suro tahun ini? Mari kita bedah lebih dalam.
Suro: Lebih dari Sekadar Pergantian Kalender
Dalam penanggalan Jawa, Bulan Suro menandai awal tahun baru. Jika dalam kalender internasional kita merayakan pergantian tahun di akhir Desember, masyarakat Jawa menyambutnya di bulan Suro. Bulan ini bukan sekadar transisi waktu, melainkan momentum refleksi diri, pembersihan spiritual, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Bulan Suro, yang seringkali bertepatan dengan bulan September dalam kalender Gregorian, sebenarnya memiliki patokan tersendiri berdasarkan kalender Hijriyah. Hal ini yang membuat penanggalan Suro unik dan tidak selalu sama setiap tahunnya dalam kalender Masehi.
Also Read
Jadwal Lengkap Bulan Suro 2024
Tahun ini, Bulan Suro dimulai pada tanggal 8 Juli 2024, bertepatan dengan 1 Suro dalam kalender Jawa. Perlu diingat, penanggalan Jawa menggunakan sistem lunar, di mana satu bulan berlangsung selama 29 atau 30 hari. Namun, Bulan Suro seringkali memiliki kekhasan. Berdasarkan perhitungan kalender Hijriyah Indonesia 2024, bulan Suro berlangsung selama 35 hari. Dengan demikian, Bulan Suro tahun 2024 akan berakhir pada tanggal 12 Agustus 2024.
Tradisi dan Makna Mendalam
Bulan Suro bukan sekadar hitungan hari, ia adalah periode di mana tradisi dan nilai-nilai budaya Jawa dihidupkan kembali. Beberapa tradisi yang masih sering kita jumpai, antara lain:
- Upacara Ritual: Masyarakat Jawa banyak melakukan upacara ritual untuk menghormati leluhur dan memohon keselamatan di awal tahun. Tempat-tempat suci atau makam leluhur menjadi pusat kegiatan upacara ini.
- Pembersihan Diri: Bulan Suro menjadi waktu untuk merenung dan membersihkan diri dari kesalahan di masa lalu. Hal ini bisa dilakukan dengan ritual tertentu atau dengan memperbanyak ibadah dan perbuatan baik.
- Pemberkatan Air: Air dianggap memiliki kekuatan suci dalam kepercayaan Jawa. Oleh karena itu, pemberkatan air sering dilakukan untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan keberuntungan.
- Membersihkan Lingkungan: Tradisi membersihkan lingkungan, baik di desa maupun kampung, menjadi simbol untuk membuang hal-hal buruk dan memulai tahun baru dengan semangat yang baru.
- Perayaan Muharram: Sebagai bagian dari kalender Hijriyah, Bulan Suro juga menjadi momentum perayaan Tahun Baru Islam, yang dikenal sebagai Muharram.
- Doa dan Harapan: Bulan Suro menjadi waktu untuk menyusun rencana dan memanjatkan doa agar terhindar dari bencana dan mendapatkan keberkahan di tahun mendatang.
- Pementasan Seni: Pementasan seni tradisional Jawa seperti wayang kulit, ludruk, dan tari-tarian juga menjadi bagian dari perayaan Bulan Suro.
Lebih Dari Sekadar Tradisi
Memahami Bulan Suro bukan hanya sekadar mengetahui kapan dimulai dan berakhir. Lebih dari itu, Bulan Suro mengajak kita untuk merefleksikan diri, menghargai warisan budaya, dan menyambut tahun yang baru dengan semangat dan harapan. Ini adalah momen untuk memperkuat koneksi kita dengan leluhur, sesama, dan alam semesta.
Jadi, mari kita manfaatkan Bulan Suro 2024 ini sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar kita. Dengan begitu, kita tidak hanya merayakan tradisi, tapi juga menghayati makna yang terkandung di dalamnya.