Demam voli tengah melanda Indonesia, sebagian besar berkat aksi memukau Megawati Hangestri di liga Korea Selatan. Namun, di balik euforia ini, pernahkah terlintas siapa sebenarnya sosok di balik terciptanya olahraga yang kini digandrungi banyak orang? Mari kita telusuri jejak William G. Morgan, pria yang mengubah dunia olahraga dengan menciptakan permainan voli.
Dari YMCA Lahirlah "Mintonette"
William G. Morgan bukanlah seorang atlet profesional, melainkan seorang guru pendidikan jasmani di YMCA (Young Men’s Christian Association) di Holyoke, Massachusetts, Amerika Serikat. Pada akhir abad ke-19, Morgan melihat kebutuhan akan olahraga yang lebih ringan dibandingkan bola basket yang sedang populer saat itu. Ia ingin menciptakan alternatif yang dapat dinikmati oleh berbagai usia dan tingkat kebugaran, terutama bagi para anggota YMCA yang lebih tua.
Terinspirasi dari tenis, Morgan merancang permainan yang awalnya ia sebut "Mintonette" pada tahun 1895. Mintonette dimainkan dengan menggunakan net tenis sebagai pembatas, dengan bola yang dipukul-pukul oleh para pemain. Permainan ini menekankan kerjasama tim dan kontrol bola, tanpa kontak fisik yang keras.
Also Read
Transformasi Menjadi "Volleyball"
Perjalanan "Mintonette" menuju "volleyball" tidaklah instan. Saat Morgan mendemonstrasikan permainan ini di depan para pejabat YMCA, seorang pengamat menyarankan untuk mengubah namanya. Alasannya sederhana, permainan ini lebih banyak melibatkan pemain yang memukul bola di udara (volley) melewati net. Maka, lahirlah nama "volleyball" yang kita kenal hingga kini.
Teknik Dasar yang Membentuk Permainan
Voli bukan sekadar memukul bola ke atas net. Ada teknik-teknik dasar yang menjadi fondasi permainan ini:
- Servis: Awal mula setiap poin, pukulan dari belakang garis untuk mengirim bola ke area lawan.
- Pukulan (Smash/Spike): Pukulan keras yang menukik untuk mencetak poin.
- Passing: Mengontrol dan mengarahkan bola ke rekan satu tim dengan tepat.
- Blok: Upaya menahan serangan lawan di dekat net.
- Pertahanan: Berbagai cara untuk menghalau serangan dan mengembalikan bola ke sisi lawan.
Lapang dan Jaring: Arena Pertempuran Voli
Lapang voli berukuran 18 meter x 9 meter, dibagi dua oleh net di tengah. Net untuk putra setinggi 2,43 meter, sedangkan putri 2,24 meter. Garis-garis pada lapangan menandai batas area permainan.
Voli di Indonesia: Semangat yang Terus Berkembang
Sejak pertama kali diperkenalkan di Indonesia, voli terus berkembang dan mendapat tempat di hati masyarakat. Federasi Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) didirikan pada tahun 1951 dan menjadi motor penggerak perkembangan voli di tanah air.
Tim voli Indonesia telah meraih berbagai prestasi, terutama di tingkat regional seperti SEA Games dan Asian Games. Baik tim putra maupun putri terus menunjukkan peningkatan kualitas permainan, menjadikan voli sebagai salah satu cabang olahraga yang patut dibanggakan.
Lebih dari Sekadar Olahraga: Warisan Morgan yang Mendunia
Kini, voli bukan sekadar permainan. Ia adalah olahraga yang melintasi batas negara dan budaya, yang dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Berkat dedikasi William G. Morgan, kita punya permainan yang menyenangkan, menyehatkan, dan penuh dengan nilai-nilai kerjasama tim. Popularitas Megawati hari ini hanyalah salah satu bukti bahwa warisan Morgan terus hidup dan menginspirasi.