Sebagai umat Muslim, meneladani Rasulullah SAW adalah sebuah kewajiban. Beliau adalah sosok dengan akhlak sempurna, mulai dari kejujuran (sidik), amanah (dapat dipercaya), kecerdasan (fatanah), hingga keberanian (syaja’ah). Kali ini, mari kita fokus pada satu aspek penting: syaja’ah. Apa sebenarnya syaja’ah itu dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita telaah lebih dalam.
Syaja’ah: Bukan Sekadar Nekat, Tapi Berani karena Kebenaran
Syaja’ah, yang sering diterjemahkan sebagai keberanian, bukan sekadar sikap gegabah atau nekat tanpa perhitungan. Lebih dari itu, syaja’ah adalah keberanian yang lahir dari keyakinan akan kebenaran. Ia adalah keberanian untuk membela yang hak, melawan yang batil, dan tetap teguh di jalan Allah SWT. Dalam Islam, kita tidak diajarkan untuk menjadi penakut atau pengecut. Justru kita didorong untuk menjadi pribadi yang berani, terutama ketika menghadapi tantangan dan ujian hidup. Sikap pengecut justru bisa membawa pada kegagalan dan kekalahan, baik di dunia maupun akhirat.
Memahami Makna Syaja’ah Lebih Dalam
Syaja’ah, seperti dijelaskan dalam berbagai literatur keislaman, adalah keberanian yang terukur dan bertanggung jawab. Ia bukan sekadar keberanian fisik, tapi juga keberanian mental dan spiritual. Keberanian ini muncul ketika seseorang memiliki keyakinan yang kuat pada Allah SWT dan ajaran-Nya. Keberanian ini juga didorong oleh tekad untuk selalu berbuat kebajikan dan menghindari keburukan.
Also Read
Jenis-jenis Syaja’ah yang Perlu Kita Ketahui
Dalam konteks yang lebih luas, syaja’ah terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:
- Syaja’ah Harbiyah: Ini adalah keberanian untuk melawan kemungkaran, baik yang terlihat maupun tidak. Dalam konteks yang lebih luas, ini juga bisa diartikan sebagai keberanian untuk berjihad di jalan Allah SWT, menegakkan kebenaran dan keadilan. Bentuknya tidak selalu perang fisik, tapi juga perjuangan melawan hawa nafsu, kebodohan, dan ketidakadilan.
- Syaja’ah Nasfiyah: Keberanian untuk menghadapi bahaya, penderitaan, dan ujian hidup lainnya. Termasuk di dalamnya adalah keberanian untuk mengakui kesalahan, mengendalikan diri saat marah, dan melawan hawa nafsu yang buruk. Ini adalah bentuk keberanian yang sangat penting karena seringkali kita lebih sulit mengendalikan diri sendiri daripada menghadapi musuh dari luar.
Menerapkan Syaja’ah dalam Kehidupan Sehari-hari
Lalu, bagaimana kita bisa mempraktikkan syaja’ah dalam kehidupan sehari-hari? Berikut beberapa contohnya:
- Berani Menghadapi Kesulitan: Hidup tidak selalu berjalan mulus. Akan ada kesulitan, penderitaan, dan tantangan yang harus kita hadapi. Dengan syaja’ah, kita bisa memiliki daya tahan yang kuat dan pantang menyerah.
- Berani Mengatakan Kebenaran: Jangan takut untuk menyampaikan kebenaran, meskipun mungkin tidak populer atau bahkan berisiko. Kebenaran harus ditegakkan, dan kita sebagai Muslim memiliki kewajiban untuk melakukannya.
- Berani Mengakui Kesalahan: Tidak ada manusia yang sempurna. Ketika kita berbuat salah, jangan ragu untuk mengakui dan meminta maaf. Ini adalah tanda kedewasaan dan keberanian.
- Bersikap Objektif: Syaja’ah juga berarti berani untuk bersikap objektif, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jangan menutup mata terhadap kesalahan diri sendiri, dan jangan juga membiarkan kebencian membuat kita tidak adil terhadap orang lain.
- Mengendalikan Diri Saat Marah: Kemarahan adalah emosi yang wajar, tetapi kita harus mampu mengendalikannya. Dengan syaja’ah, kita bisa menahan diri dari tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
- Menjaga Amanah: Menjaga rahasia yang dipercayakan kepada kita adalah juga bentuk syaja’ah. Ini menunjukkan bahwa kita adalah orang yang amanah dan dapat dipercaya.
Syaja’ah: Lebih dari Sekadar Kata
Syaja’ah bukan sekadar kata, melainkan sebuah prinsip hidup yang harus kita amalkan setiap hari. Dengan syaja’ah, kita bisa menjadi Muslim yang lebih baik, yang berani membela kebenaran, melawan kebatilan, dan selalu berada di jalan Allah SWT. Mari kita jadikan syaja’ah sebagai bagian tak terpisahkan dari karakter kita, sehingga kita bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.