Lagu kebangsaan, lebih dari sekadar melodi dan lirik, ia adalah representasi identitas dan sejarah sebuah bangsa. "Majulah Singapura", lagu yang mengiringi setiap perayaan kemerdekaan Singapura, ternyata menyimpan cerita menarik di baliknya. Bukan hanya tentang semangat persatuan, tetapi juga tentang kontribusi seorang putra Minangkabau dalam pembentukan identitas negara pulau tersebut.
Zubir Said, nama yang mungkin tidak banyak dikenal di Indonesia, adalah sosok di balik penciptaan "Majulah Singapura". Pada tahun 1958, saat Singapura masih berada di bawah pemerintahan Inggris, Ong Eng Guan, Wali Kota Dewan Kota Singapura, meminta Zubir untuk menciptakan lagu resmi bagi dewan kota. Sebuah tugas yang kemudian menjelma menjadi tonggak sejarah bagi Singapura.
Lagu ciptaan Zubir Said ini pertama kali dikumandangkan di Teater Victoria yang baru direnovasi. Irama dan lirik yang sederhana namun membangkitkan semangat, berhasil menarik perhatian para pemimpin Singapura saat itu. Hingga pada tahun 1959, Toh Chin Chye, seorang politikus terkemuka, memutuskan untuk menjadikan lagu ciptaan Zubir Said ini sebagai lagu kebangsaan Singapura.
Also Read
Menariknya, lagu ini diciptakan dalam bahasa Melayu, bahasa yang dulunya menjadi lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Pilihan bahasa ini juga menunjukkan akar budaya dan sejarah Singapura yang terkait dengan Melayu. Meskipun kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Inggris, bahasa Melayu tetap menjadi bahasa resmi "Majulah Singapura".
Namun, perjalanan lagu ini tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 2001, "Majulah Singapura" mengalami sedikit perubahan. Bukan pada substansi liriknya, melainkan pada aransemen musiknya. Perubahan ini dilakukan untuk memberikan sentuhan yang lebih modern dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Kisah "Majulah Singapura" adalah kisah tentang persatuan, sejarah, dan kontribusi lintas budaya. Ia mengajarkan bahwa identitas suatu bangsa seringkali dibangun dari berbagai pengaruh dan kontribusi, bahkan dari individu yang mungkin berasal dari tempat yang jauh. Karya Zubir Said, seorang putra Minang, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Singapura, sebuah bukti bahwa musik mampu melintasi batas-batas geografis dan budaya.
Dengan semangat "Majulah Singapura", Singapura terus melangkah maju, menghormati masa lalu dan menyongsong masa depan. Lagu kebangsaan ini bukan hanya sekadar serangkaian kata dan nada, tetapi juga sebuah cerminan perjalanan bangsa yang kompleks dan kaya akan sejarah. Sebuah warisan yang akan terus dilestarikan dan dibanggakan oleh rakyat Singapura.