Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan hanya luka bagi pasangan, namun juga meninggalkan dampak mendalam bagi anak-anak. Ironisnya, anak seringkali menjadi korban tak kasat mata, terperangkap dalam siklus kekerasan yang menakutkan. Mereka mungkin tidak bersuara, namun ada tanda-tanda yang bisa kita amati. Mari lebih peka, kenali 7 sinyal peringatan ini, dan ambil tindakan jika kita menemukannya.
1. Menarik Diri dan Mendadak Bungkam
Anak yang sebelumnya ceria dan terbuka tiba-tiba menjadi pendiam, suka menyendiri, dan enggan berinteraksi dengan orang lain? Perubahan drastis ini bisa menjadi indikasi bahwa ia sedang mengalami trauma. Mereka mungkin merasa malu, takut, atau tidak aman untuk berbagi pengalaman pahit yang dialaminya.
2. Berbohong Sebagai Mekanisme Pertahanan
Kerap berbohong bisa jadi bukan semata-mata kenakalan anak. Ini bisa menjadi strategi bertahan diri. Anak korban KDRT mungkin berbohong untuk menghindari hukuman atau kemarahan orang tua yang seringkali tidak terduga. Pola ini lama kelamaan bisa menjadi kebiasaan buruk yang terbawa dalam pergaulannya sehari-hari.
Also Read
3. Mencari Perhatian di Luar Rumah
Perhatian dan kasih sayang adalah kebutuhan dasar anak. Jika di rumah ia tidak mendapatkannya, ia akan berusaha mencarinya di tempat lain. Sikap attention seeking yang berlebihan pada guru, saudara, atau tetangga bisa jadi merupakan sinyal bahwa ada kekosongan emosional yang perlu diperhatikan.
4. Prestasi Akademik Merosot Tajam
Kondisi rumah yang penuh konflik dan kekerasan bisa merusak konsentrasi anak di sekolah. Pikiran mereka dipenuhi rasa cemas dan takut, sehingga sulit untuk fokus pada pelajaran. Penurunan prestasi yang tiba-tiba, ditambah dengan sering melamun, bisa menjadi indikasi adanya masalah yang lebih dalam.
5. Perubahan Mood dan Kecemasan Berlebihan
Anak yang sering mengalami atau menyaksikan KDRT akan hidup dalam kecemasan konstan. Mereka menjadi mudah marah, sering menangis tanpa alasan jelas, atau justru menunjukkan ketakutan yang berlebihan. Perubahan emosi yang tidak stabil ini adalah dampak trauma yang perlu ditangani.
6. Perubahan Fisik yang Mencolok
Kekerasan bukan hanya berdampak pada psikis, namun juga fisik. Anak korban KDRT mungkin terlihat lebih lusuh, kurus, dengan rambut acak-acakan. Memar, luka, atau tanda-tanda kekerasan lainnya juga bisa menjadi bukti adanya penyiksaan. Kondisi fisik yang tidak terawat bisa menjadi alarm bahwa ada sesuatu yang salah.
7. Meniru Perilaku Kekerasan
Ini adalah sisi gelap dari trauma. Anak yang menjadi korban kekerasan mungkin meniru perilaku orang tuanya ketika berada di luar rumah. Mereka menjadi agresif, mudah marah, dan melampiaskan frustrasinya pada teman sebaya atau orang lain. Ini adalah bentuk pelampiasan rasa sakit dan ketidakberdayaan.
Lebih dari Sekadar Tanda, Ini Seruan untuk Bertindak
Mengenali tanda-tanda ini adalah langkah awal. Jika kita mencurigai ada anak di sekitar kita yang menjadi korban KDRT, jangan ragu untuk bertindak. Berbicaralah dengan guru, anggota keluarga lain yang terpercaya, atau melaporkan ke pihak berwajib. Kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari kekerasan. Ingat, diam adalah persetujuan. Mari menjadi mata dan telinga bagi mereka yang tidak bisa bersuara.