Jakarta, (Tanggal Hari Ini) – Keluhan anak sering buang air besar (BAB) kerap kali membuat orang tua khawatir. Muncul berbagai pertanyaan, apakah ini pertanda penyakit serius? Perlukah segera diberi obat? Sebelum panik, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam tentang penyebab dan penanganan yang tepat.
Frekuensi BAB pada anak memang bervariasi, tergantung usia dan jenis makanan yang dikonsumsinya. Bayi yang masih ASI eksklusif bisa BAB beberapa kali sehari, bahkan setelah setiap kali menyusu. Sementara itu, anak yang sudah makan makanan padat cenderung BAB lebih jarang, sekitar satu hingga dua kali sehari. Perubahan pola BAB, seperti frekuensi yang meningkat atau tekstur feses yang lebih cair, perlu dicermati.
Penyebab anak sering BAB sangat beragam. Infeksi virus atau bakteri pada saluran pencernaan adalah salah satu yang paling umum. Selain itu, intoleransi laktosa, alergi makanan, efek samping obat-obatan, atau bahkan perubahan pola makan juga bisa menjadi pemicunya. Penting bagi orang tua untuk memperhatikan gejala lain yang menyertai, seperti demam, muntah, nyeri perut, atau feses berdarah. Jika gejala ini muncul, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Also Read
Namun, tidak semua anak yang sering BAB perlu diberi obat. Seringkali, masalah ini bisa diatasi dengan penanganan rumahan sederhana. Pastikan anak tetap terhidrasi dengan baik. Berikan cairan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Hindari makanan dan minuman yang dapat memperparah kondisi, seperti makanan pedas, berminyak, atau minuman bersoda. Berikan makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi tim, atau roti tawar.
Perlu diingat, pemberian obat-obatan tanpa anjuran dokter sangat tidak disarankan. Obat anti-diare, misalnya, tidak boleh sembarangan diberikan pada anak karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Justru, penggunaan obat anti-diare pada beberapa kasus justru dapat memperburuk kondisi anak karena dapat menghambat pembuangan bakteri atau virus dari tubuh.
Penting untuk mengamati perubahan pola BAB anak dan mencari tahu penyebabnya. Pencatatan detail, seperti frekuensi, tekstur, dan warna feses, serta makanan yang dikonsumsi, dapat membantu dokter dalam mendiagnosis masalah. Jika perubahan pola BAB berlangsung lebih dari beberapa hari, disertai dengan gejala lain, atau jika orang tua merasa khawatir, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Dokter akan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi anak.
Dengan pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat, orang tua dapat lebih tenang menghadapi anak yang sering BAB. Jangan panik, observasi, dan segera cari bantuan medis jika memang diperlukan.