Denpasar, Bali – Nama Ratna Sarumpaet kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kali ini, bukan karena karya seni atau aktivisme yang menjadi ciri khasnya, melainkan karena aksinya yang tertangkap kamera sedang berkendara mobil saat umat Hindu di Bali tengah menjalankan Hari Raya Nyepi. Foto Ratna yang mengenakan baju biru beredar luas di platform X, memicu gelombang kritik dan kecaman dari warganet.
Peristiwa ini bermula dari unggahan akun @julioulquiorra_ pada 11 Maret lalu, yang memperlihatkan Ratna sedang berada di dalam mobil. Sontak, unggahan ini langsung menuai reaksi keras. Kolom komentar dipenuhi dengan berbagai teguran dan ujaran bernada negatif. Beberapa warganet bahkan mengungkit kembali jejak kontroversi Ratna di masa lalu, terutama terkait kasus penyebaran berita bohong (hoax) yang sempat menghebohkan publik pada tahun 2018. Saat itu, Ratna terlibat dalam tim pemenangan calon presiden dan wakil presiden.
Akibat kejadian ini, akun Instagram Ratna Sarumpaet dibanjiri komentar pedas dan kecaman dari warganet. Publik seolah tidak lupa dengan berbagai kontroversi yang pernah melibatkan ibu dari aktris Atiqah Hasiholan ini. Namun, di balik sorotan negatif, siapa sebenarnya sosok Ratna Sarumpaet ini?
Also Read
Ratna Sarumpaet dikenal sebagai seniman dan aktivis yang vokal menyuarakan isu-isu sosial dan politik. Ia kerap menggelar pementasan teater yang berani mengkritik kebijakan pemerintah. Salah satu karya yang paling dikenal adalah monolog "Marsinah Menggugat", yang kala itu sempat dikecam oleh rezim Orde Baru. Selain itu, Ratna juga aktif menulis naskah pementasan, salah satunya berjudul "Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah."
Lahir dari keluarga Batak Kristen yang aktif dalam dunia politik, Ratna tumbuh besar dalam lingkungan yang penuh dinamika. Ayahnya, Saladin Sarumpaet, merupakan tokoh pendiri dan politikus Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan pada masa Pemerintahan Revolusioner. Awalnya, Ratna sempat menempuh pendidikan di jurusan arsitektur, namun ia kemudian memutuskan untuk keluar dan memilih jalan seni dan aktivisme sebagai medium perjuangannya.
Perjalanan hidup Ratna juga diwarnai dengan kisah spiritual yang menarik. Meski terlahir sebagai Kristen, ia tertarik dengan agama Islam di masa remajanya. Kemudian ia memutuskan untuk menjadi mualaf ketika menikah dengan seorang pengusaha Arab-Indonesia, Ahmad Fahmy Alhady. Dari pernikahannya, ia dikaruniai empat orang anak, salah satunya Atiqah Hasiholan. Namun sayang, pernikahan mereka tidak bertahan lama karena dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Peristiwa pelanggaran Nyepi yang dilakukan Ratna ini, sekali lagi, menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menghormati perayaan hari besar agama lain. Di tengah keberagaman Indonesia, toleransi dan saling menghargai perbedaan adalah kunci utama untuk menjaga kerukunan dan harmoni sosial. Kasus ini juga mengingatkan bahwa status selebritas atau tokoh publik tidak memberikan kekebalan dari hukum atau norma-norma sosial yang berlaku. Setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki tanggung jawab untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati.