Lagu "Penyangkalan" dari For Revenge tengah menjadi sorotan, bukan hanya karena melodinya yang catchy, tetapi juga karena kedalaman liriknya yang menyentuh. Bukan sekadar untaian kata, lagu ini adalah representasi getir dari pergulatan batin seseorang yang terperangkap dalam penyangkalan diri.
Lirik yang berulang "Dia masih di sini" bukan sekadar pengulangan tanpa makna. Pengulangan ini justru menekankan kehadiran sebuah entitas yang tak kasat mata, sebuah perasaan atau mungkin sebuah trauma yang terus-menerus menghantui. "Dia" di sini bisa jadi adalah bagian dari diri yang terluka, kenangan pahit, atau bahkan penyesalan yang sulit dilupakan.
Rumah sepi dan derau di ujung hari adalah metafora yang kuat. Rumah sepi menggambarkan kehampaan dan kesendirian yang begitu menusuk. Derau, di sisi lain, adalah representasi dari kegelisahan, kebimbangan, dan kebisingan pikiran yang tak pernah berhenti. Kombinasi keduanya menciptakan suasana yang mencekam, menggambarkan kondisi mental yang sedang tidak baik-baik saja.
Also Read
Lagu ini tidak menawarkan solusi, namun lebih kepada potret jujur dari sebuah proses yang menyakitkan. Perasaan terjebak, kebingungan, dan pertarungan batin adalah hal-hal yang digambarkan dengan sangat lugas. Penyangkalan diri bukan hanya sekadar menolak kenyataan, tetapi juga merupakan perjuangan kompleks dalam menghadapi luka dan trauma.
Menariknya, "Penyangkalan" tidak terjebak dalam kesedihan yang berlarut-larut. Di balik lirik yang pilu, ada semacam kekuatan untuk terus bertahan, meski dalam kondisi yang sulit. Lagu ini mengajak pendengar untuk merenung, untuk melihat ke dalam diri, dan mengenali berbagai emosi yang mungkin selama ini terabaikan.
Lebih dari sekadar lagu, "Penyangkalan" adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi berbagai pergulatan hidup. Lagu ini menawarkan validasi atas perasaan-perasaan sulit yang mungkin kita alami, dan memberi ruang untuk kita berani mengakui dan menerima keberadaan "dia" yang ada dalam diri kita.