Nadin Amizah, penyanyi bersuara merdu dengan lirik puitis, kembali menjadi perbincangan hangat lewat lagu "Mendarah" yang dirilis pada 2020. Empat tahun berlalu, lagu ini masih terus digemari, terutama di kalangan mereka yang tengah merasakan pedihnya kehilangan dan kesepian. Tak jarang, lagu ini menjadi soundtrack galau di TikTok, bahkan ada mitos yang beredar tentang larangan mendengarkannya di atas pukul 12 malam karena bisa membuat air mata tak terbendung. Lantas, apa sebenarnya makna di balik lagu "Mendarah" dan mengapa lagu ini begitu menyentuh hati?
Metafora Kehilangan dan Kekosongan Jiwa
Secara garis besar, "Mendarah" mengisahkan tentang perasaan pilu dan hampa setelah ditinggalkan oleh orang terkasih. Nadin merangkai lirik-lirik yang sarat metafora, seperti "Mati enggan, hidup pun susah," "Jiwanya t’lah lama direnggut waktu," dan "Ragaku ada di sini tapi hatiku bersamamu," yang menggambarkan dengan kuat betapa kalut dan sedihnya seseorang yang ditinggal pergi. Lirik-lirik ini bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi juga representasi dari kondisi jiwa yang terluka, merasa hidup tanpa arah, dan terjebak dalam kesedihan yang mendalam.
Pilihan kata yang digunakan Nadin seolah membawa pendengar masuk ke dalam ruang hampa yang dirasakan oleh tokoh dalam lagu. Perasaan "mati enggan hidup pun susah" menandakan sebuah kondisi di mana seseorang merasa tidak memiliki semangat untuk melanjutkan hidup, namun juga tidak punya keberanian untuk mengakhiri penderitaan. Jiwa yang "direnggut waktu" mengisyaratkan adanya kerinduan yang tak kunjung padam, di mana kenangan indah masa lalu justru menjadi pisau yang mengiris-iris luka.
Also Read
"Mendarah": Ikatan yang Tak Terputus
Di tengah kepedihan yang mendalam, Nadin juga menyisipkan pesan tentang harapan dan ikatan yang tak akan putus. Lirik "Dalam diam kan kubawa, mendarah" menunjukkan bahwa perpisahan fisik tidak serta merta memutus ikatan batin. Orang yang telah pergi tetap akan selalu ada di dalam hati dan doa. Ungkapan "mendarah" sendiri seolah menandakan bahwa kenangan dan cinta yang telah terjalin akan selalu mengalir dalam darah, menjadi bagian tak terpisahkan dari diri.
Lebih Dalam dari Sekadar Perpisahan: Kisah Ayah Nadin
Ternyata, "Mendarah" bukan sekadar lagu tentang perpisahan biasa. Fakta yang terungkap kemudian menunjukkan bahwa lagu ini memiliki makna yang lebih personal. Dalam sebuah penampilan, Nadin sempat membuat teatrikal yang menghadirkan sosok ayah, yang memicu spekulasi bahwa lagu ini memang didedikasikan untuk ayahnya. Dugaan ini terkonfirmasi melalui postingan TikTok ayah Nadin yang menunjukkan percakapan mereka, di mana Nadin meminta izin untuk menjadikan ayahnya sebagai muse dalam lagunya.
Nadin menjelaskan bahwa lagu ini bercerita tentang "ayah yang hatinya sudah lama mati, dan selama ini hatinya masih untuk Nadin dan Kayla walau dari jauh". Pengakuan ini mengungkap lapisan makna lain dalam lagu "Mendarah". Ternyata, lagu ini bukan hanya tentang kehilangan orang terkasih secara umum, tetapi juga tentang luka batin seorang anak yang merindukan sosok ayah, dan rasa pilu seorang ayah yang terpisah dari anak-anaknya. Lirik "Ini cerita tentang rumah yang berbeda," seolah mengisyaratkan tentang dinamika keluarga yang tidak lagi utuh, sebuah realita yang dialami oleh banyak orang dengan latar belakang keluarga broken home.
"Mendarah": Suara Hati yang Menggema
Lagu "Mendarah" bukan hanya sekadar lagu galau biasa, tetapi juga sebuah refleksi tentang luka batin yang mendalam akibat perpisahan dan kehilangan. Lirik-lirik yang puitis, dikemas dengan vokal Nadin yang khas, berhasil menyentuh hati para pendengar, terutama mereka yang tengah berjuang dengan kesedihan serupa. "Mendarah" menjadi pengingat bahwa kesedihan adalah bagian dari kehidupan, tetapi di balik kesedihan itu, ada harapan, ada cinta, dan ada ikatan yang tak akan pernah putus. Bagi mereka yang tumbuh dalam keluarga broken home, lagu ini adalah sebuah anthem yang memvalidasi perasaan mereka, bahwa mereka tidak sendirian.