Sosok ibu, lebih dari sekadar kata. Ia adalah fondasi keluarga, pelabuhan aman, dan guru kehidupan pertama bagi anak-anaknya. Cinta seorang ibu, begitu tulus dan abadi, terukir dalam setiap langkah perjalanan hidup buah hatinya. Mungkin, sebagai anak, kita kerap alpa menyadari betapa besar pengorbanan dan kasih sayang yang telah ia berikan. Namun, cinta ibu tetaplah sebuah kekuatan yang tak tergantikan.
Cinta itu telah tumbuh sejak embrio kehidupan dalam rahim, mengiringi tiap fase pertumbuhan anak. Dari bayi mungil yang ia dekap erat hingga sosok dewasa yang ia lepas ke dunia, bagi seorang ibu, anaknya tetaplah belahan jiwanya. Dialah yang membentuk kita, menanamkan nilai-nilai, dan mengajarkan apa arti cinta yang sesungguhnya.
Ironisnya, seringkali, ibu tidak mengharapkan balasan apapun. Ia memberikan dengan ikhlas tanpa pamrih. Namun, bukankah sebagai anak, sudah sepantasnya kita memuliakan dan menyayanginya sepanjang hidup? Kita perlu mengingat bahwa di balik kelembutan seorang ibu, tersimpan kekuatan besar yang patut diapresiasi.
Also Read
Perayaan Hari Ibu, yang jatuh pada tanggal 22 Desember, bukan sekadar tradisi tahunan. Hari ini, kita diingatkan kembali akan sejarah panjang perjuangan perempuan Indonesia. Hari Ibu berakar dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta, sebuah tonggak sejarah yang menyatukan berbagai organisasi perempuan dari seluruh nusantara. Semangat persatuan dan perjuangan untuk peningkatan kualitas bangsa menjadi latar belakang terbentuknya kongres ini.
Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938, kemudian menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, yang secara resmi dikukuhkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959. Penetapan ini menegaskan peran penting perempuan dalam pembangunan bangsa.
Lebih dari sekadar perayaan, Hari Ibu adalah momentum untuk merenungkan perjuangan kaum perempuan di masa lampau. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa perempuan memiliki peran sentral dalam sejarah dan kemajuan Indonesia.
Pada Hari Ibu tahun 1950, kita menyaksikan sejarah baru ketika Maria Ulfah diangkat menjadi Menteri Sosial pertama, mengukuhkan eksistensi perempuan di ranah publik. Peran kaum perempuan terus berkembang hingga tahun 1973, saat Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW), sebuah pencapaian luar biasa yang diakui di tingkat internasional.
Hari Ibu, bukan hanya tentang perayaan atau pemberian hadiah, tapi juga momen refleksi mendalam tentang makna cinta seorang ibu dan perjuangan kaum perempuan dalam membangun bangsa. Mari kita hargai setiap langkah yang telah ia tempuh, setiap tetes keringat yang ia curahkan, dan setiap doa yang ia panjatkan untuk kebaikan kita. Semoga kita semua mampu menjadi anak yang membanggakan dan memuliakan sosok ibu. Mari kita jadikan Hari Ibu sebagai pengingat untuk selalu mengasihi dan menghormati wanita yang telah memberikan kita hidup dan cinta tanpa batas.